Suatu malam, Rasulullah SAW memanggil pembantunya, Rabi’ah Ka’ab Al 
Aslami, untuk mengambilkan air wudlu dan mengerjakan keperluan lain.
Usai Rabi’ah melaksanakan tugas, tiba-tiba Rasulullah bersabda, 
“Sekian lama engkau mengabdi kepadaku, aku belum sempat membalas jasamu.
 Sekarang, mintalah yang engkau suka dariku.”
Setelah berpikir 
sejenak, Rabi’ah menjawab, “Ya Rasulullah, aku tak berharap balas jasa. 
Aku cuma mohon satu hal, perkenankan aku meneruskan pengabdian melayani
 engkau di surga kelak.”
Permintaan Rabi’ah membuat Nabi sulit 
menjawab. Nabi saw sadar tak seorang pun mampu menjamin diri sendiri 
masuk surga, apalagi menjamin orang lain. Karena itu beliau bertanya, 
“Bagaimana jika diganti dengan permintaan lain?”
Cuma itu 
permohonan saya, wahai Nabi, tandas Rabi’ah. “Kalau begitu, bantulah aku
 untuk meluluskan apa yang engkau pinta dengan memperbanyak sujud." ujar
 Nabi.
Permohonan Rabiah, mencerminkan sikap awam yang sadar akan
 keawamannya. Kesadaran membangkitkan kecintaan dan pengabdian mereka 
kepada orang-orang saleh. Kalaupun mereka tak mampu menjadi saleh. 
setidaknya mereka bisa menyertai orang-orang saleh itu di akhirat 
kelak.
Rois Akbar Nahdlatul Ulama (NU). KH Hasyim Asy'ari. dalam kitabnya Al Nur Al Mubin fi Mahabbah Sayyid Al Mursalin
 mengutip syair Arab yang kira- kira bermakna demikian. "Aku mencintai 
orang-orang saleh. Biarpun aku tak termasuk diantara mereka. Sebab, aku 
mengharapkan syafaat (pertolongan) mereka. Sebaliknya, aku benci 
orang-orang yang suka berbuat maksiat, kendati aku punya hobi yang 
sama."
Meski kecintaan terhadap orang-orang saleh bisa 
mengantarkan seseorang untuk memperoleh syafaat, tapi kecintaan yang 
hakiki harus ditunjang dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul. Maka, 
dalam Quran Surah An Nisa ayat 69, Allah SWT menegaskan, “Dan 
barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka akan diikutsertakan 
dengan orang-orang yang telah mendapat nikmat dari Allah, yakni para 
nabi, para shiddiqin (orang- orang yang sangat jujur dan konsisten 
memegang agama), para syuhada (para pejuang yang tewas sebagai martir),
 dan para shalihin (orang-orang yang kaya dengan amal saleh). Dan mereka
 itulah teman yang sebaik-baiknya.”
Itu sebabnya, kendati 
Rasulullah SAW punya hak untuk meluluskan permintaan pembantunya, beliau
 tak serta merta mengabulkan, melainkan meminta agar Rabi'ah berusaha 
mewujudkan keinginannya dengan amal saleh. Antara lain dengan 
memperbanyak sujud.
Di bulan Ramadhan seperti sekarang, 
kesempatan beramal saleh dan bersujud terbuka luas. Karena itu. rugilah
 mereka yang tak mampu memanfaatkan kesempatan emas ini dengan 
sebaik-baiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar