Rabu, 20 Juni 2012

Hadist Qudsi Tentang ALLAH MENGGENGGAM BUMI .... KEMUDIAN BERFIRMAN : "AKULAH RAJA".

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : "Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda : Allah menggenggam bumi dan rnelipat langit dengan tangan kanan-Nya, kemudian bertirman : "Akulah Raja, dimanakah raja-raja bumi ?" (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).

Dari Abdullah bin Umar ra. Sesungguhnya Allah menggenggam bumi atau bumi-bumi dan langit-langit dengan tangan kanan-Nya, kemudian Dia berfirman : "Aku Raja". (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).

Dari Ubaidillah bin Muqassim, bahwasanya dia melihat kepada Abdullah bin Umar ra., bagaimana Rasulullah mengisahkan, beliau bersabda : "Allah mengambil langit dan bumi-bumi dengan keduanya-Nya dan berfirman : "Akulah Allah sambil menggenggam jari-jari-Nya serta membentangkannya, Akulah Raja", sehingga saya melihat mimbar, bahagian bawahnya itu bergerak, sampai saya berkata : "Apakah mimbar itu akan menjatuhkan Rasulullah saw. ?". (Hadits ditakhrij oleh Ibnu Majah).

 Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya ia berkata : Saya mendengar Rasulullah saw bersabda diatas mimbar : "Allah Yang Maha Pemaksa itu mengambil langit dan bumi­bumi dengan kedua tangan-Nya dan menggenggam dengan tangan-Nya. Ia mulai menggenggam dan membentangkannya, kemudian berfirman : "Akulah Pemaksa, dimanakah para tukang paksa ? dimanakah orang-orang yang sombong?". Rasulullah mencontohkan dengan tangan kanannya dan dengan tangan kirinya, sehingga saya melihat mimbar bergerak dari bahagian bawahnya, sampai aku berkata : "Apakah mimbar itu akan jatuh, wahai Rasulullah saw. ?". (Hadits ditakhrij oleh Ibnu Majah).

Dari Ibnu Umar ra., ia berkata : Rasulullah saw bersabda : "Allah menggulung langit pada hari Qiamat, kemudian Ia mengambil dengan tangan kanan-Nya, lalu Allah berfirman "Akulah Raja, dimanakah para tukang paksa ? Dimanakah orang-orang yang sombong ? Kemudian Dia menggulung bumi-bumi, kemudian mengambilnya. Ibnu 'Ala' berkata: "Dengan tanganNya yang lain lalu berfirman : "Akulah Raja, dimanakah para tukang paksa ? Dimanakah orang­-orang yang sombong?". (Hadits ditakhrij oleh Abu Dawud).

Imam An Nawawi

Beliau adalah Yahya bin Syaraf bin Hasan bin Husain An-Nawawi Ad-Dimasyqiy, Abu Zakaria. Beliau dilahirkan pada bulan Muharram tahun 631 H di Nawa, sebuah kampung di daerah Dimasyq (Damascus) yang sekarang merupakan ibukota Suriah. Beliau dididik oleh ayah beliau yang terkenal dengan kesalehan dan ketakwaan. Beliau mulai belajar di katatib (tempat belajar baca tulis untuk anak-anak) dan hafal Al-Quran sebelum menginjak usia baligh. Ketika berumur sepuluh tahun, Syaikh Yasin bin Yusuf Az-Zarkasyi melihatnya dipaksa bermain oleh teman-teman sebayanya, namun ia menghindar, menolak dan menangis karena paksaan tersebut. Syaikh ini berkata bahwa anak ini diharapkan akan menjadi orang paling pintar dan paling zuhud pada masanya dan bisa memberikan manfaat yang besar kepada umat Islam. Perhatian ayah dan guru beliaupun menjadi semakin besar. An-Nawawi tinggal di Nawa hingga berusia 18 tahun. Kemudian pada tahun 649 H ia memulai rihlah thalabul ilmi-nya ke Dimasyq dengan menghadiri halaqah-halaqah ilmiah yang diadakan oleh para ulama kota tersebut. Ia tinggal di madrasah Ar-rawahiyyah di dekat Al-Jami’ Al-Umawiy. Jadilah thalabul ilmi sebagai kesibukannya yang utama. Disebutkan bahwa ia menghadiri dua belas halaqah dalam sehari. Ia rajin sekali dan menghafal banyak hal. Ia pun mengungguli teman-temannya yang lain. Ia berkata: “Dan aku menulis segala yang berhubungan dengannya, baik penjelasan kalimat yang sulit maupun pemberian harakat pada kata-kata. Dan Allah telah memberikan barakah dalam waktuku.” [Syadzaratudz Dzahab 5/355]. Diantara syaikh beliau: Abul Baqa’ An-Nablusiy, Abdul Aziz bin Muhammad Al-Ausiy, Abu Ishaq Al-Muradiy, Abul Faraj Ibnu Qudamah Al-Maqdisiy, Ishaq bin Ahmad Al-Maghribiy dan Ibnul Firkah. Dan diantara murid beliau: Ibnul ‘Aththar Asy-Syafi’iy, Abul Hajjaj Al-Mizziy, Ibnun Naqib Asy-Syafi’iy, Abul ‘Abbas Al-Isybiliy dan Ibnu ‘Abdil Hadi. Pada tahun 651 H ia menunaikan ibadah haji bersama ayahnya, kemudian ia pergi ke Madinah dan menetap disana selama satu setengah bulan lalu kembali ke Dimasyq. Pada tahun 665 H ia mengajar di Darul Hadits Al-Asyrafiyyah (Dimasyq) dan menolak untuk mengambil gaji. Beliau digelari Muhyiddin (yang menghidupkan agama) dan membenci gelar ini karena tawadhu’ beliau. Disamping itu, agama islam adalah agama yang hidup dan kokoh, tidak memerlukan orang yang menghidupkannya sehingga menjadi hujjah atas orang-orang yang meremehkannya atau meninggalkannya. Diriwayatkan bahwa beliau berkata: “Aku tidak akan memaafkan orang yang menggelariku Muhyiddin.” Imam An-Nawawi adalah seorang yang zuhud, wara’ dan bertaqwa. Beliau sederhana, qana’ah dan berwibawa. Beliau menggunakan banyak waktu beliau dalam ketaatan. Sering tidak tidur malam untuk ibadah atau menulis. Beliau juga menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, termasuk kepada para penguasa, dengan cara yang telah digariskan Islam. Beliau menulis surat berisi nasehat untuk pemerintah dengan bahasa yang halus sekali. Suatu ketika beliau dipanggil oleh raja Azh-Zhahir Bebris untuk menandatangani sebuah fatwa. Datanglah beliau yang bertubuh kurus dan berpakaian sangat sederhana. Raja pun meremehkannya dan berkata: “Tandatanganilah fatwa ini!!” Beliau membacanya dan menolak untuk membubuhkan tanda tangan. Raja marah dan berkata: “Kenapa !?” Beliau menjawab: “Karena berisi kedhaliman yang nyata.” Raja semakin marah dan berkata: “Pecat ia dari semua jabatannya!” Para pembantu raja berkata: “Ia tidak punya jabatan sama sekali.” Raja ingin membunuhnya tapi Allah menghalanginya. Raja ditanya: “Kenapa tidak engkau bunuh dia padahal sudah bersikap demikian kepada Tuan?” Raj apun menjawab: “Demi Allah, aku sangat segan padanya.” Imam Nawawi meninggalkan banyak sekali karya ilmiah yang terkenal. Jumlahnya sekitar empat puluh kitab, diantaranya: 1. Dalam bidang hadits: Arba’in, Riyadhush Shalihin, Al-Minhaj (Syarah Shahih Muslim), At-Taqrib wat Taysir fi Ma’rifat Sunan Al-Basyirin Nadzir. 2. Dalam bidang fiqih: Minhajuth Thalibin, Raudhatuth Thalibin, Al-Majmu’. 3. Dalam bidang bahasa: Tahdzibul Asma’ wal Lughat. 4. Dalam bidang akhlak: At-Tibyan fi Adab Hamalatil Qur’an, Bustanul Arifin, Al-Adzkar. Kitab-kitab ini dikenal secara luas termasuk oleh orang awam dan memberikan manfaat yang besar sekali untuk umat. Ini semua tidak lain karena taufik dari Allah Ta’ala, kemudian keikhlasan dan kesungguhan beliau dalam berjuang. Secara umum beliau termasuk salafi dan berpegang teguh pada manhaj ahlul hadits, tidak terjerumus dalam filsafat dan berusaha meneladani generasi awal umat dan menulis bantahan untuk ahlul bid’ah yang menyelisihi mereka. Namun beliau tidak ma’shum (terlepas dari kesalahan) dan jatuh dalam kesalahan yang banyak terjadi pada uluma-ulama di zaman beliau yaitu kesalahan dalam masalah sifat-sifat Allah Subhanah. Beliau kadang men-ta’wil dan kadang-kadang tafwidh. Orang yang memperhatikan kitab-kitab beliau akan mendapatkan bahwa beliau bukanlah muhaqqiq dalam bab ini, tidak seperti dalam cabang ilmu yang lain. Dalam bab ini beliau banyak mendasarkan pendapat beliau pada nukilan-nukilan dari para ulama tanpa mengomentarinya. Adapun memvonis Imam Nawawi sebagai Asy’ari, itu tidak benar karena beliau banyak menyelisihi mereka (orang-orang Asy’ari) dalam masalah-masalah aqidah yang lain seperti ziyadatul iman dan khalqu af’alil ‘ibad. Karya-karya beliau tetap dianjurkan untuk dibaca dan dipelajari, dengan berhati-hati terhadap kesalahan-kesalahan yang ada. Tidak boleh bersikap seperti kaum Haddadiyyun yang membakar kitab-kitab karya beliau karena adanya beberapa kesalahan di dalamnya. Komite Tetap untuk Riset Ilmiah dan Fatwa kerajaan Saudi ditanya tentang aqidah beliau dan menjawab: “Lahu aghlaath fish shifat” (Beliau memiliki beberapa kesalahan dalam bab sifat-sifat Allah). Imam Nawawi meninggal pada 24 Rajab 676 H -rahimahullah wa ghafara lahu-.

Senin, 11 Juni 2012

Kenali akidahmu bag-1

Download bukunya disini

Kenali akidahmu bag-2



Download bukunya disini 

Ya Rasulullah salamun Alaik

“Ya Rasulullah salamun Alaik…..Ya Rafi ……….” 

Allah sempurnakan kanjeng Nabi Tubuh dan ilmu serta perangai 

Tak ada tubuh ilmu perangai Terlebih sempurna dari Nabi 

Tubuh Nabi terbaik dengarlah Putih dan bersih bercampur merah 

Wajahnya cantik tingginya sedang Mulutnya manis di pandang orang 

Giginya rata putih bersinar Bagai mutiara sungguhlah benar 

Lidahnya pasih terang dan nyata Kata-katanya bagai permata 

Matanya terang sungguh umpama Mamakai sifat selama-lama 

Alisnya terang jika di sifat Umpama bulan pertama tepat 

Jidatnya bercahaya-cahaya luas Sebagai bulan malam empat belas 

Jenggotnya tebal hitam rupanya Tubuhnya sangat harum baunya 

Jika dilihat pertama kali Terasa seram haibah sekali 

Tapi jika terus di ikuti Terasa cinta di dalam hati 

Tangannya lemas di kata orang Sebagai bunga jika dipandang 

Jika memegang tubuh seorang Tercium bau bukan kepalang 

Sehingga dapat diketahui Orang tersebut di sentuh Nabi 

Rambutnya ikal bukan keriting Kata-katanya wahyu dan penting 

Cahayanya Nabi terang sekali Dan terlebih dari matahari 

Maka tak terlihat bayangan Dicahayanya matahari dan bulan 

Hati Nabi pun sepanjang umur Tak ngantuk meskipun mata tidur 

Dan pula Nabi tak pernah mimpi Dan tak menguap sama sekali 

Dan tubuh Nabi tak dihinggapi Nyamuk lalat karena harum suci 

Jika berjalan enteng badannya Duduk dimajlis tinggi pundaknya 

Dan sangat halus sebagai kapas Jalan di pasir tidak berbekas 

Tatapi jika jalan di batu Terlihat bekas sudah lah tentu 

Dan sungguh Nabi jika di pandang Umpama matahari yang terang 

Maka dari jauh sungguh nyata Tampaknya kecil dipandang orang 

Allah jadikan Nabi terlepas Dari apapun yang kurang pantas 

Seakan-akan Nabi yang suci Dijadikan sekehendak Nabi 

Ilmu Nabi luas sekali Tak seorang yang mengatasi 

Karena diberi ilmu awwalin Demikianlah ilmu akhirin 

Adalah Nabi sangat pemalu Bagaikan gadis zaman dahulu 

Pula sangat merendah diri Pada sesama mahluknya Rabbi 

Jika berjumpa Nabi selalu Memberi salam lebih dahulu 

Duduk berjalan bersama fakir Miskin dan hamba tidak diusir 

Jika bergurau niscaya benar Sedap di hati asik di dengar 

Tangannya murah tidak menggenggam Dadanya luas tidak mengancam 

 

Pengarang: Al Walid Al Habib Abdurrahman bin Ahmad bin Abdul Qodir Assegaf

Alam Kubur

Alam Kubur Manusia adalah makhluk Allah swt. yang diciptakan dari tanah (at-turab) dan ruh. Allah swt. membekalinya dengan hati, akal, dan jasad sehingga manusia memiliki tekad (al-‘azmu), ilmu dan amal. Dengan berbekal ketiganya manusia diberi amanah oleh Allah swt., sebuah amanah yang makhluk-makhluk lain yang jauh lebih besar dari manusia, seperti langit, bumi dan gunung-gunung, menolak untuk menerimanya (Al-Ahzab: 72). Amanah yang diterima manusia berupa ibadah (Adz-Dzariyat: 56) yang merupakan tujuan penciptaannya dan khilafah (Al-Baqarah: 30) yang merupakan fungsi manusia di dunia. Kedua amanah ini kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di hari akhir. Sesungguhnya manusia hidup bukan hanya di dunia saja, tetapi telah menjalani kehidupan lain sebelum ke dunia dan akan menjalani kehidupan lainnya lagi setelah di dunia. Itulah tahapan-tahapan kehidupan manusia. Allah swt. berfirman: كَيْفَ تَكْفُرُوْنَ بِاللهِ وَكُنْتُمْ اَمْوَاتًا فَاَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيْتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيْكُمْ ثُمَّ اِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ “Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati(1), lalu Allah menghidupkan kamu(2), kemudian kamu dimatikan(3) dan dihidupkan-Nya kembali(4), kemudian kepada-Nya-lah kamu(5).” (Al-Baqarah: 28) Secara garis besar penjelasan ayat di atas ditunjukkan oleh Tabel 1. Tabel 1, Mengapa kamu kafir kepada Allah? No Potongan Ayat Keterangan 1 padahal kamu tadinya mati Mati 2 lalu Allah menghidupkan kamu Hidup 3 kemudian kamu dimatikan Mati 4 dan dihidupkan-Nya kembali Hidup 5 kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan Dikembalikan Secara lebih rinci, seluruh tahapan kehidupan yang telah dan akan dialami manusia ditunjukkan oleh Tabel 2. Seluruh manusia akan mengalami 14 (empat belas) alam, dari alam ruh hingga surga atau neraka. sebelas alam di antaranya adalah alam setelah manusia mati. Sungguh perjalanan yang sangat panjang menuju surga atau neraka. . Tabel 2 Seluruh tahapan kehidupan manusia AYAT ALAM ANTARA ALAM UTAMA padahal kamu tadinya mati 1) Alam Kesatu : ALAM ROH /ALAM ARWAH yakni alam Awal manusia diciptakan dan tidak ada satupun manusia mengetahuinya karena bagi Allah swt. tidak ada batas Ruang/Waktu dan Tempat lalu Allah menghidupkan kamu 2) Alam Kedua : ALAM RAHIM yakni alam dimana manusia tercipta melalui suatu proses pembenihan di dalam Rahim/ kandungan yang lamanya sudah ditentukan 9 bulan 3) Alam Ketiga : ALAM DUNIA yakni alam ujian sebagaimana yang kita sedang alami bersama sekarang ini. kemudian kamu dimatikan 4) Alam Keempat : ALAM SAKARATUL MAUT yakni alam pada saat roh manusia dicabut oleh Allah swt yakni alam antara Dunia menuju alam kubur 5) Alam Kelima : ALAM KUBUR atau ALAM BARZAH, yakni alam di mana manusia akan memperolah Siksa atau Nikmat kubur tergantung perbuatannya selama hidupnya di dunia sambil menunggu datangnya hari kiamat. Dan bagi yang memperoleh nikmat kubur, mereka para ahlul kubur seperti tidur saja layaknya dan dihidupkan-Nya kembali 6) Alam Keenam : KIAMAT atau disebut AKHIR ZAMAN atau Yaumul Qiyamah yakni alam dimana Allah swt memusnahkan Bumi – mahluk hidup beserta seluruh isinya Lihat Situs kiamat 7) Alam Ketujuh: KEBANGKITAN 8 ) Alam Kedelapan : ALAM MASYHAR yakni alam dimana Manusia dibangkitkan kembali dari Alam Kubur oleh Allah swt serta berkumpul di Padang Masyhar dan masing masing manusia tidak mengenal satu sama lainnya kemudian kepada-Nya lah kamu dikembalikan 9) Alam Kesembilan: BALASAN 10) Alam Kesepuluh: DIHADAPKAN KEPADA ALLAH DAN PERHITUNGAN 11) Alam Kesebelas: KOLAM 12) Alam Keduabelas: TIMBANGAN 13) Alam Ketigabelas: JALAN 14) Alam Kesembilan : SORGA DAN NERAKA a) ALAM SORGA: alam kenikmatan bagi manusia yang selamat setelah dihisab oleh Allah swt. b) ALAM NERAKA: alam kesengsaraan/siksaan bagi manusia yang tidak selamat setelah dihisab oleh Allah swt. Alam Kubur (Al-Barzakh) Alam kubur disebut juga alam barzakh (dinding), karena kubur adalah dinding yang memisahkan antara dunia dan akhirat. Di dalam Al-Qur’an kata “barzakh” disebut di tiga ayat, yaitu Al-Mu’minuun: 100, Al-Furqaan: 53, dan Ar-Rahmaan: 20. Barzakh yang bermakna kubur terdapat pada surat Al-Mu’minuun: 100. Allah swt. berfirman, “Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” Sedangkan surat Al-Qurqaan: 53 dan Ar-Rahmaan: 20 berkaitan dengan dinding pemisah antara dua lautan. Allah swt. banyak menyebutkan tentang kubur di dalam Al-Qur’an baik secara eksplisit maupun implisit, begitu pula Rasulullah saw. di dalam haditsnya yang mulia. Firman Allah swt. tentang alam kubur: “Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.” (Al-Hajj: 7) “Dan tidak sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati. Sesungguhnya Allah memberi pendengaran kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar.” (Faathir: 22) “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan penolongmu kaum yang dimurkai Allah. Sesungguhnya mereka telah putus asa terhadap negeri akhirat sebagaimana orang-orang kafir yang telah berada dalam kubur berputus asa.” (Al-Mumtahanah: 13) “Pada hari mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala.” (70:43) “Kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur.” (‘Abasa: 21) “Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur.” (Al-’Aadiyat: 9) “Sampai kamu masuk ke dalam kubur.” (At-Takaatsur: 2) “Yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya dan kamu mengira, bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja.” (Al-Israa’: 52) “Dan janganlah sekali-kali kamu menshalati (jenazah) seseorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendo’akan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.” (At-Taubah: 84) “Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.” (Al-Mu’minuun: 16) “Berkatalah orang-orang yang kafir: “Apakah setelah kita menjadi tanah dan (begitu pula) bapak-bapak kita; apakah sesungguhnya kita akan dikeluarkan (dari kubur)?” (An-Naml: 67) “Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).” (az-Zukhruuf: 11) Rasulullah saw. bersabda, “Apabila seseorang dari kamu berada dalam keadaan tasyahhud, maka hendaklah dia memohon perlindungan kepada Allah dari empat perkara dengan berdoa: yang bermaksud: Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon perlindungan kepadaMu dari siksaan Neraka Jahannam, dari siksa Kubur, dari fitnah semasa hidup dan selepas mati serta dari kejahatan fitnah Dajjal.” Dalam Lu’lu’ wal Marjan hadits no. 1822 – 1826 disebutkan sabda Nabi saw., “Sesungguhnya seorang jika mati, diperlihatkan kepadanya tempatnya tiap pagi dan sore. Jika ahli surga, maka diperlihatkan surga, dan bila ia ahli nereka (maka diperlihatkan neraka). Maka diberitahu: Itulah tempatmu kelak jika Allah membangkitkanmu di hari kiamat.” (Bukhari dan Muslim) “Nabi saw. keluar ketika matahari hampir terbenam, lalu beliau mendengar suara, maka bersabda: Orang Yahudi sedang disiksa dalam kuburnya.” (Bukhari dan Muslim) “Sesungguhnya seorang hamba jika diletakkan dalam kuburnya dan ditinggal oleh kawan-kawannya, maka didatangi dua malaikat, lalu mendudukannya keduanya dan menanyakan: Apakah pendapatmu terhadap orang itu (Muhammad saw.)? Adapun orang beriman maka menjawab, ‘Aku bersaksi bahwa dia hamba Allah dan utusanNya.’ Lalu diberitahu: Lihatlah tempatmu di api neraka, Allah telah mengganti untukmu tempat di sorga, lalu dapat melihat keduanya.” (Bukhari dan Muslim) “Seorang mukmin jika didudukkan dalam kuburnya, didatangi dua malaikat, kemudian dia mengucapkan, ‘Asyhadu an laa ilaaha illallah wa anna Muhammadan Rasulullah’ maka itulah arti firman Allah, ‘Allah akan menetapkan orang yang beriman dengan kalimat yang kokoh (Ibrahim: 27)’.” (Bukhari dan Muslim) “Ketika selesai Perang Badr, Nabi saw. menyuruh supaya melemparkan dua puluh empat tokoh Quraisy dalam satu sumur di Badr yang sudah rusak. Dan biasanya Nabi saw. jika menang pada suatu kaum maka tinggal di lapangan selama tiga hari, dan pada hari ketiga seusai Perang Badr itu, Nabi saw. menyuruh mempersiapkan kendaraannya, dan ketika sudah selesai beliau berjalan dan diikuti oleh sahabatnya, yang mengira Nabi akan berhajat. Tiba-tiba beliau berdiri di tepi sumur lalu memanggil nama-nama tokoh-tokoh Quraisy itu: Ya Fulan bin Fulan, ya Fulan bin Fulan, apakah kalian suka sekiranya kalian taat kepada Allah dan Rasulullah, sebab kami telah merasakan apa yang dijanjikan Tuhan kami itu benar, apakah kalian juga merasakan apa yang dijanjikan Tuhanmu itu benar? Maka Nabi ditegur oleh Umar: Ya Rasulallah, mengapakah engkau bicara dengan jasad yang tidak bernyawa? Jawab Nabi: Demi Allah yang jiwaku di TanganNya, kalian tidak lebih mendengar terhadap suaraku ini dari mereka.” (Bukhari dan Muslim) "Jika engkau sedang berada pada hari ini, maka janganlah engkau tunda-tunda sampai hari esok. Jika engkau sedang berada pada waktu sore, maka janganlah engkau tunda-tunda hingga pagi hari. Pergunakanlah sehatmu sebelum datang sakitmu dan pergunakanlah hidupmu sebelum datang matimu." Semoga bermanfaat

Hukum dan Keutamaan Puasa Rajab

Hukum dan Keutamaan Puasa Rajab Bulan Rajab adalah bulan ke tujuh dari bulan hijriah ( penanggalan Arab dan Islam ). Peristiwa terjadinya Isra Mi’raj Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam untuk menerima perintah shalat lima waktu diyakini terjadi pada tanggal 27 Rajab ini. Bulan Rajab juga merupakan salah satu diantara bulan haram atau muharram yang artinya bulan yang dimuliakan. Dalam tradisi Islam dikenal ada empat bulan haram, ketiganya secara berurutan adalah: Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan satu bulan yang tersendiri, bulan Rajab. Dinamakan bulan haram karena pada bulan - bulan tersebut orang Islam dilarang mengadakan peperangan. Tentang bulan - bulan ini, Al Qur’an menjelaskan: “ Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” Hukum Puasa Rajab Ditulis oleh al-Syaukani, dalam Nailul Authar, bahwa Ibnu Subki meriwayatkan dari Muhammad bin Manshur al-Sam'ani yang mengatakan bahwa tak ada hadis yang kuat yang menunjukkan kesunahan puasa Rajab secara khusus. Disebutkan juga bahwa Ibnu Umar memakruhkan puasa Rajab, sebagaimana Abu Bakar al-Tarthusi yang mengatakan bahwa puasa Rajab adalah makruh, karena tidak ada dalil yang kuat. Namun demikian, sesuai pendapat al-Syaukani, bila semua hadis yang secara khusus menunjukkan keutamaan bulan Rajab dan disunahkan puasa di dalamnya kurang kuat dijadikan landasan, maka hadis-hadis Nabi yang menganjurkan atau memerintahkan berpuasa dalam bulan - bulan haram ( Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab ) itu cukup kuat menjadi hujjah atau landasan. Di samping itu, karena juga tidak ada dalil yang kuat yang memakruhkan puasa di bulan Rajab. Diriwayatkan dari Mujibah al-Bahiliyah, Rasulullah bersabda "Puasalah pada bulan - bulan haram ( mulia )." (Riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad). Hadis lainnya adalah riwayat al-Nasa'i dan Abu Dawud ( dan disahihkan oleh Ibnu Huzaimah ): "Usamah berkata pada Nabi Muhammad Saw, “Wahai Rasulallah, saya tak melihat Rasul melakukan puasa ( sunnah ) sebanyak yang Rasul lakukan dalam bulan Sya'ban. Rasul menjawab: 'Bulan Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadhan yang dilupakan oleh kebanyakan orang.'" Menurut al-Syaukani dalam Nailul Authar, dalam bahasan puasa sunnah, ungkapan Nabi, "Bulan Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan kebanyakan orang" itu secara implisit menunjukkan bahwa bulan Rajab juga disunnahkan melakukan puasa di dalamnya. Keutamaan berpuasa pada bulan haram juga diriwayatkan dalam hadis sahih imam Muslim. Bahkan berpuasa di dalam bulan-bulan mulia ini disebut Rasulullah sebagai puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan. Nabi bersabda : “Seutama-utama puasa setelah Ramadan adalah puasa di bulan-bulan al-muharram (Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab). Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulum al-Din menyatakan bahwa kesunnahan berpuasa menjadi lebih kuat jika dilaksanakan pada hari-hari utama (al-ayyam al-fadhilah). Hari- hari utama ini dapat ditemukan pada tiap tahun, tiap bulan dan tiap minggu. Terkait siklus bulanan ini Al-Ghazali menyatakan bahwa Rajab terkategori al-asyhur al-fadhilah di samping dzulhijjah, muharram dan sya’ban. Rajab juga terkategori al-asyhur al-hurum di samping dzulqa’dah, dzul hijjah, dan muharram. Disebutkan dalam Kifayah al-Akhyar, bahwa bulan yang paling utama untuk berpuasa setelah Ramadan adalah bulan - bulan haram yakni dzulqa’dah, dzul hijjah, rajab dan muharram. Di antara keempat bulan ini yang paling utama untuk berpuasa adalah bulan al-muharram, kemudian Sya’ban. Namun menurut Syaikh Al-Rayani, bulan puasa yang utama setelah al-Muharram adalah Rajab. Terkait hukum puasa dan ibadah pada Rajab, Imam Al-Nawawi menyatakan “Memang benar tidak satupun ditemukan hadits shahih mengenai puasa Rajab, namun telah jelas dan shahih riwayat bahwa Rasul saw menyukai puasa dan memperbanyak ibadah di bulan haram, dan Rajab adalah salah satu dari bulan haram, maka selama tak ada pelarangan khusus puasa dan ibadah di bulan Rajab, maka tak ada satu kekuatan untuk melarang puasa Rajab dan ibadah lainnya di bulan Rajab” ( Syarh Nawawi ‘ala Shahih Muslim ). Berikut beberapa hadis yang menerangkan keutamaan dan kekhususan puasa bulan Rajab: Diriwayatkan bahwa apabila Rasulullah shalallahu ‘alahi wassalam memasuki bulan Rajab beliau berdo’a:“Ya, Allah berkahilah kami di bulan Rajab ini dan juga di bulan Sya’ban, dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan.” ( HR. Imam Ahmad, dari Anas bin Malik ). Riwayat al-Thabarani dari Sa'id bin Rasyid: “Barangsiapa berpuasa sehari di bulan Rajab, maka ia laksana berpuasa setahun, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya pintu-pintu neraka jahanam, bila puasa 8 hari dibukakan untuknya 8 pintu surga, bila puasa 10 hari, Allah akan mengabulkan semua permintaannya." "Sesungguhnya di surga terdapat sungai yang dinamakan Rajab, airnya lebih putih daripada susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barangsiapa puasa sehari pada bulan Rajab, maka ia akan dikaruniai minum dari sungai tersebut". Riwayat ( secara mursal ) Abul Fath dari al-Hasan, Nabi Muhammad Saw bersabda: "Rajab itu bulannya Allah, Sya'ban bulanku, dan Ramadan bulannya umatku." Sabda Rasulullah SAW lagi : “Pada malam mi’raj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih sejuk dari air batu dan lebih harum dari minyak wangi, lalu saya bertanya pada Jibril a.s.: “Wahai Jibril untuk siapakan sungai ini ?”Maka berkata Jibrilb a.s.: “Ya Muhammad sungai ini adalah untuk orang yang membaca salawat untuk engkau di bulan Rajab ini”. Mengamalkan Hadis Daif Rajab Ditegaskan oleh Imam Suyuthi dalam kitab al-Haawi lil Fataawi bahwa hadis-hadis tentang keutamaan dan kekhususan puasa Rajab tersebut terkategori dha'if (lemah atau kurang kuat ). Namun dalam tradisi Ahlussunnah wal Jama’ah sebagaimana biasa diamalkan para ulama generasi salaf yang saleh telah bersepakat mengamalkan hadis dha’if dalam konteks fada’il al-a’mal ( amal - amal utama ). Syaikhul Islam al-Imam al-Hafidz al- ‘Iraqi dalam al-Tabshirah wa al- tadzkirah mengatakan: “Adapun hadis dha’if yang tidak maudhu’ ( palsu ), maka para ulama telah memperbolehkan mempermudah dalam sanad dan periwayatannya tanpa menjelaskan kedha’ifannya, apabila hadis itu tidak berkaitan dengan hukum dan akidah, akan tetapi berkaitan dengan targhib ( motivasi ibadah ) dan tarhib ( peringatan ) seperti nasehat, kisah-kisah, fadha’il al-a’mal dan lain- lain. Ditulis oleh Yusuf Suharto - pesantrenvirtual.com