Senin, 31 Desember 2012

Wahabi, Siapakah Yang Kalian Bela?

Bagi orang yang memiliki dua mata yang mampu memandang kebenaran, cobalah buka  kedua matamu pasti kamu akan mengetahui bahwa Wahabiyah adalah pendukung pertama penjajahan barat terhadap negara-negara Islam. Tidak sampai di sini saja, apabila kamu mengikuti sejarah Muhammad ibn Abdul Wahhab dan para pemimpin Wahabiyah setelahnya, kamu tidak akan pernah menemukan upaya nyata mereka dalam mensejahterakan umat, menegakkan keadilan, mencegah kedzaliman dan melawan kebodohan. Juga andil mereka dalam upaya perdamaian dan kesejahteraan.
Tidak akan kamu temukan dalam sejarah mereka kecuali pengkafiran terhadap umat Islam dan tuduhan syirik, mewajibkan untuk memerangi mereka serta menghalalkan darah dan harta mereka.  Dalam diri mereka yang ada hanyalah aqidah tajsim, tasybih, kufur, sesat dan pengingkaran ziarah makam Rasulullah dan makam orang-orang yang shalih untuk bertabarruk, dan pengkafiran terhadap orang yang mengatakan: “Wahai nabi pembawa rahmat mintakan syafaat untukku kepada Allah!!”. Dan mengingkari perayaan maulid nabi yang mulia seperti yang telah biasa dilakukan oleh kalangan ahlussunnah, mengharamkan membaca al Qur’an bagi umat Islam yang telah meninggal dunia, inilah rutinitas mereka tidak ada yang lain.
Inilah satu-satunya tujuan mereka dengan kedok agama mereka menumpahkan darah umat Islam yang tidak berdosa, menghalalkan yang haram, dan menyebarkan fitnah demi fitnah. Sungguh licik hati mereka penuh dengan kedengkian dan kebencian serta suka membuat masalah pada umat.
Bahkan, mereka jadikan barat sebagai qiblat dan mereka dukung para penjajah untuk menginjak-injak martabat negara-negara Arab dan Islam. Mereka adalah kepanjangan tangan musuh-musuh Islam yang dengan semaunya mereka permainkan Islam.
Sedangkan permusuhan Wahabiyah kepada umat Islam secara gamblang bisa dilihat dari fatwa Nashiruddin al Albani ketika memberikan fatwa kepada penduduk palestina dengan mewajibkannya keluar dari Palestina, apa kemaslahatan dari ini semua? Dan untuk siapa kita tinggalkan Palestina jika kita mewajibkan penduduknya meninggalkan Palestina? Berapa harga fatwa ini? Orang yang cerdas adalah orang yang memahami isyarat ini. Siapa yang membayar al Albani untuk fatwanya ini???
Inilah kenyataan dari apa yang telah mereka dilakukan, atau yang sedang mereka lakukan juga rencana busuk mereka di masa  mendatang.
Wahabiyah mengklaim bahwa mereka hanya mengikuti Nabi dan tidak membuat bid’ah. Aqidah mereka yang telah kita paparkan bersumber dari kitab-kitab mereka adalah saksi kebohongan mereka, jelas mereka pembuat bid’ah dalam aqidah. Dalam sebagian aqidah Wahabi mengikuti Yahudi, Fir’aun dan Hamman terbukti mereka berhujjah dengan aqidah orang-orang ini. Bahkan dalam hal menetapkan arah, batasan, tempat, duduk, bergerak, diam, berat, timbangan, lisan, mulut kepada Allah, mereka mengambil pernyataan Yahudi, Fir’aun dan Hamman. Juga Aqidah Wahabi yang mengatakan Allah berada di atas Arsy dengan dzat-Nya, di langit dengan dzat-Nya, Allah memiliki kursi di setiap langit untuk tempat dudukNya.
Kami menantang mereka, apakah mereka siap untuk menunjukkan siapa yang mereka ikuti dalam hal itu? Apabila mereka berbicara atau menulis tidak ada yang diikuti oleh mereka dalam hal itu  kecuali Fir’aun, Hamman, Yahudi dan Musyabbihahsebagaimana hal itu terlihat jelas, sejelas matahari di siang bolong yang tidak terhalang mendung. Apabila kita
beri waktu dari sekarang hingga dunia berakhir mereka tidak akan mampu untuk membuktikan satu hurufpun apa yang mereka selewengkan bahwa hal itu berdasarkan sabda Nabi, pendapat para sahabat, tabi’in atau dari seorang mujtahid Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Jadi Aqidah Wahabiyah adalah aqidah  yang rapuh bahkan lebih rapuh dari sarang laba-laba. Tidak ada panutan mereka kecuali orang-orang bodoh dan kafir yang telah Allah kehendaki bahwa mereka sesat menyesatkan serta tidak ada cahaya dalam hati-hati mereka. Jadi Wahabiyah adalah pembawa bid’ah dan bukan muttabiah (orang yang mengikuti nabi).
(Fadhoih al-Wahabiyah – Syaikh Fathi al-Mishri. Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dalam buku berjudul “Radikalisme Sekte Wahabiyah”)

Rabu, 26 Desember 2012

Fenomena Kiamat



Bismillahhirrahmannirrahim
Assalaamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Segala puji bagi Allah, pencipta dan pengatur tunggal alam semesta dan hanya kepadaNya lah kami memohon pertolongan atas suskses segala urusan, baik yang menyakut urusan duniawi maupun ukhrawi. Amiiiin
Shalawat salam dan berkah Allah, tateplah kepada manusia teladan dan mulian Baginda Rasulallah Muhammad saw yang sanggup membimbing manusia di dunia dan di akherat kelak, Demikian pula kepada para keluarga, sahabat dan para penerus perjuangan beliau hingga hari kiamat.
Semoga rahmat dan kemulian diberikan Allah kepada guru kami tercinta Al Habib Husen Assegaf
Pada tahun 2012 dihebohkan dengan fenomena datangnya hari kiamat khususnya pada bulan desember dan lebih khusus tanggal 21 desember 2012 menurut kalender suku maya, yang jelas suku tersebut tidak islam dan kafir, tapi tidak sedikit orang-orang yang mengaku islampun ikut terjebak dalam fenomena tersebut.
Untuk memperjelas fenomena kiamat menurut islam, akan saya sajikan tentang bab kiamat yang bersumber dari Hadits yang lebih valid daripada ramalan suku maya yang tidak bias dipertanggung jawabkan;
Dari  Hudzaifah katanya: “Ada orang bertanya kepada beliau saw, katanya “Ya Rasul, kapan terjadinya hari kiamat? Jawab beliau “Yang ditanya belum tentu melebihi yang bertanya, tetapi ada tanda-tandanya yaitu : “Banyaknya pasar hingga setiapnya sepi, banyak hujan tapi langka buah-buahan, meratanya harta riba dan banyak anak zina, orang kaya dipuja-puja, suara orang fasik bebas di mesjid, yang hak selalu dikalahkan yang bathil, lalu ia bertanya “Wasiat apakah darimu Ya Rasul? Jawab belia “Larilah, demi keselamatanmu (agamamu), atau seperti tikar tua dirumahmu”.
Dari Ibnu Umar, katanya: “Hari kiama tidak akan tiba, hingga satu keluarga berkumpul di (suatu tempat) hidangan makan, diantara mereka saling mengetahui, mana mukmin mana kafir. Ketika ditanya: “Kenapa itu? Jawabnya: “Dabbah bumi akan muncul dan mengusap setiap manusia (ditempatnya), usapan kepada orang mukmin berupa titik putih dimukanya, dan merata sedang orang kafir berupa usapan titik hitam dan merata kemukanya (menjadi hitam seluruh mukanya). Sehingga mereka (ketika jual beli di pasar) berkata: Kenapa kau jual seperi ini hai mukmin? Atau sebalik kenapa kau ambil itu hai kafir? Dianta mereka tidak saling menegur (yakni tiada penyesalan dikatakan seperti itu)”.
Dari Abu Hurairah, Nabi saw bersabda bahwa : “Tidak akan tiba hari kiamat, hingga matahari terbit dari barat, saati itu semua masyarakat dunia menyatakan beriman, tetapi tidan berguna imannya (jika sebelumnya tidak beriman), atau beramal baik dalam imannya (yakni setelah itu baru akan beramal baik, maka tiada guna baginya) “. (Al Hadits).
Allah berfirman :
“Ketika ketentuan Allah telah datang atas mereka, maka Kami keluarkan hewan Dabbah dari bumi, yang mengatakan kepada mereka bahwa “Manusia tidak lagi meyakini ayat-ayat Kami”. (Naml 82)
Dari Abu Huarairah, Baginda Nabi saw bersabda : “Para Nabi itu saudara seayah, dan ibunya berbeda, agama mereka satu, sedangkan yang terdekat dengan Nabi Isaputra Maryam, akulah orangnya, diantara dia denganku tidak ada pemisah seorang nabipun, dan ia akan menjadi khalifah bagi umatku, kedatangannya (di bumi) akan memusnahkan babi, membanting salib (menghancurkannya), memberantas cukai, dan mendamaikan masyarakat dunia (menghentikan peperangan dengan segala persenjataannya), setelah itu dunia merasakan damai, kebenaran benar-benar ditegakkan kembali sesudah dikibuli penganiayaan, sampai sampai singa hidup rukun dengan onta, macan dengan sapi, srigala dengan domba, dan anak kecil merasa aman dari ular”.
Berkat Ibnu Umar: “Nabi isa putra Maryam akan turun ke bumi, siap perang menghadapi Dajjal dan pasukannya (Yahudi), saat berkecamuknya perang diantara mereka, Dajjal melihatnya (Nabi Isa as) mencair seperti caitan lemak, akhirnya dengan demikian Dajjal tewas dalam peperangan melawan Nabi Isa dan pasukan Dajjal (orang-orang Yahudi) hancur berantakan, tunggang langgang melarikan diri, berlindung dibalik batu-batuan, tetapi batu-batupun tidak rela dibuat perlindungan, akhirnya melaporkannya kepada pasukan muslim, katanya: “Hai tentara muslim dibalik punggungku bersembunyi pasukan terkutuk (Yahudi), bunuhlah mereka”.
Masih banyak penjelasan dari Baginda Rasul yang tidak mungkin saya tulis semua, kiranya itu saja sudah cukup jelas untuk menyikapi dan mementah ramalan dari suku maya tersebut, dan propaganda Yahudi untuk menakuti umat manusia khususnya umat islam.
Bagi orang yang masih mengaku islam dan beriman kepada Allah dan Rasulallah Muhammad saw kiranya lebih percaya nubuah Nabi saw yang mulia dari pada percaya kepada ramalan suku maya.
Semoga tulisan yang singkat ini bermanfaat bagi kita semua dan menambah keimanan kita supaya lebih kokoh dan meningkatkan ketaqwaan kita sebenar-benarnya kepada Allah swt.
WALLAAHHUL MUWAAFIQ WALLAAHHU A’LAM
Wassalam
Muhammad Fathoni

Menyikapi Perayaan Tahun Baru



Gemerlap lampu dan hiasan menghiasi perumahan, pusat perbelanjaan dan seluruh media-media massa.  Ribuan terompet dan petasan disiapkan, hiburan-hiburan disajikan, ribuan manusia berkumpul menunggu detik-detik akhir tahun 2012. Itulah suasana yang kita jumpai pada event tahunan malam pergantian tahun.
Sebagai seorang muslim, bagaimanakah kita menyikapi fenomena ini?
Bolehkah kita berbaur dan ikut merayakan ceremony semacam ini?
Agar bias memahami serta meyikapinya dengan bijak, obyektif dan sesuai syariah islam, mari kita tela’ah masalah ini secara tuntas. Sekilas tentang tahun masehi. Penetapan awal tahun masehi merujuk pada tahun yang dianggap sebagai tahun kelahiran Nabi Isa As (walaupun hal ini sama sekali tidak pernah terbukti). Selain masehi, istilah lain untuk kalender ini adalah Christ (Inggris: Kristus), Common Era (CE) dan Anno Domini (Latin: Tahun Tuhan Kita). Dan untuk menyebut tahun sebelum mashi biasanya digunakan istilah Before Christ (BC), Before Common Era (BCE), atau Sebelum Masehi (SM).
Asal usul kalender masehi diambil dari kalender kuno bangsa Romawi, awalnya orang Romawi Cuma punya sepuluh bulan yaitu: 1. Martius (Maret), 2. Aprilis (April), 3. Maius (Mei), 4. Junius (Juni), 5. Quintilis (Juli), 6. Sextilis (Agustus), 7. September (September), 8. October (Oktober), 9. November (Nopember), 10. December (Desember). Martius  artinya Dewa Mars, Maius artinya Dewa Maya, Junius artinya Dewa Juno. Kemudian Aprilis diambil dari kata Apreriri (cuaca yang nyaman dimusim semi), sedangkan nama-nama Quintrilis, Sextrilis, September, October, November, dan December adalah nama yang diberikan berdasarkan angka urutan susunan bulan. Quintrilis berarti bulan kelima, Sextilis bulan keenam, September bulan ketujuh, October bulan kedelapan dan December bulan kesepuluh.
Kalender yang terdiri dari sepuluh bulan ini akhirnya berkembang menjadi 12 bulan, dengan penambahan bulan Januari us yang diambil dari nama dewa Janus yang memiliki dua muka, kedepan dan kebelakang, jadi mampu melihat masa lampau dan masa depan, oleh karena itu dijadikanlah Januari sebagai awal tahun. Ditambahkan juga Februari yang diambil dari upacara Februa, semacam upacara bersih-bersih desa untuk menyambut musim semi. Banyak kekacauan yang terjadi gara-gara penambahan ini. Bisa kita buktikan, bulan Quintrilis yang artinya bulan kelima gara-gara penambahan ini menjadi bulan ketujuh, Sextilis bulan keenam jadi kedelapan, September bulan ketujuh menjadi kesembilan dt. Bukan hanya itu, gara-gara tidak ada aturan yang jelas, seperti aturan kabisat dll, kalender ini banyak meleset. Sampai akhirnya di tahun 47 sm, kemlesetannya itu mencapai tiga bulan.
Dalam kunjungannya ke Mesir pada tahun 47 SM, Julius Caesar sempat menerima anjuran dari Sosigenes ahli perbintangan Mesir untuk memajangkan tahun 46 SM menjadi 445 hari dengan menambah 23 hari pada bulan Februari dan menambah 67 hari antara bulan November dan Desember. Bukan hanya itu, Julius Caesar juga membuat aturan baru mengenai kalender Romawi, yaitu bahwa satu tahun ada 365 hari dan setiap empat tahun sekali umur tahun bukan 365 akan tetapi 366 hari dan disebut tahun Kabisat. Setelah tahun itu perjalanan tahun kembali cocok dengan musim, untuk menghargai jasanya maka bulan ketujuh, Quintrilis diganti menjadi bulan Julio atau sering kita sebut dengan nama Juli. Kemudian untuk mengenang Kaisar Agustus bulan kedelapan Sextilis diubah menjadi Agustus. Perubahan itu diikuti dengan menambah umur bulan Agustus menjadi 31 hari, karena sebelumnya bulan Sextilis umurnya 30 hari saja, penambahan satu hari itu diambilkan dari bulan Februari, karena itulah bulan Februari umurnya hanya 28 hari atau 29 hari pada tahun kabisat. Kalender Julian yang sudah kelihatan apik ini lama kelamaan kelihatan meleset juga, kalau dulu musim semi mindur sampai 3 bulan sekaran mengalami percepatan beberapa hari. Kemelesetan itu terjadi sebab revolusi bumi yang dikira 365.25 hari, ternyata sebenarnya 365 hari 5 jam 56 detik kurang beberapa detik, meski berbeda hanya beberapa menit setahun akan tapi jika berjalan ratusan tahun akhirnya menjadi Nampak jelas perbedaannya. Untuk mengatasinya, Paus Gregious XIII pimpinan Gereja Katholik di Roma pada tahun 1582 melakukan koreksi dan membuat beberapa keputusan. Pertama: angka tahun yang diakhiri dua nol jika tidak bias dibagi 400 maka bukan lagi tahun kabisat. Kedu:  karena darurat tahun 1582 ada pengurangan 10 hari, pada Oktober 1582, setelah tanggal 4 Oktober langsung ke tanggal 14 Oktober. Oleh karena itu kita tidak akan pernah menjumpai tanggal 5 – 13 Oktober 1582 dalam kalender Masehi. Ketiga: 1 Januari kembali ditetapkan sebagai tahun baru, setelah sebelumnya rahib Katholik, Dionisius Exoguus di tahun 527 M menetapkan 25 Maret sebagai tahun baru karena dia meyakini bahwa Nabi Isa AS (Yesus) lahir pada tanggal 25 Maret dipermulaan musim semi. Begitulah kalender ini berjalan hingga kini.
Hukum merayakannya?
Sudah Nampak jelas, bahwa ternya 1 Januari itu merupakan salah satu rangkaian hari raya kaum Kristiani yang ditetapkan oleh Paus Gregious XIII di tahun 1582, nama tahunnya saja Anno Domini (Latin: Tahun Tuhan Kita). Jika seperti itu pantaskah sebagai Muslim kita ikut merayakannya?
Orang Romawi kuno saling memberikan hadiah potongan dahan pohon suci untuk merayakan pergantian tahun. Belakangan mereka saling memberikan kacang atau koin lapis emas dengan gambar Janus, Dewa Pintu dan semua permulaan. Dengan demikian umat Islam yang merayakan tahun baru sama saja dengan ikut merayakan salah satu hari raya kaum Kristiani. Padahal Rasullah bersabda: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka orang tersebut akan digolongkan bersama yang diserupai”.
Kesimpulannya, sebagai seorang Muslim kita mempunyai tugas untuk mengangkat tinggi Syi’ar Islam, dengan mengamalkan Syari’at Islam, menghidupkan sunnah-sunnah Nabi SAW dalam kehidupan sehari-hari dan kita biasakan menyebut nama bulan dengan bulan-bulan Islam.
Semoga Allah SWT selalu membimbing kita semua. Amin

Sumber : Lembaga Pendidikan dan Pengkajian Islam Ma’had Ahbaabul Mushthofa Lil Khairaat Sulawesi Utaraoleh Ust Yasir Bachmid

Selasa, 20 November 2012

Keutamaan Bulan Muharam

Muharram adalah bulan di mana umat Islam mengawali tahun kalender Hijriah berdasarkan peredaran bulan. Muharram menjadi salah satu dari empat bulan suci yang tersebut dalam Al-Quran. "Jumlah bulan menurut Allah adalah dua belas bulan, tersebut dalam Kitab Allah
pada hari Dia menciptakan langit dan bumi. Di antara kedua belas bulan itu ada empat bulan yang disucikan."
Keempat bulan itu adalah, Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab. Semua ahli tafsir Al-Quran sepakat dengan hal ini karena Rasululullah Saw dalam haji kesempatan haji terakhirnya
mendeklarasikan, "Satu tahun terdiri dari dua belas bulan, empat di antaranya adalah bulan suci. Tiga di antaranya berurutan yaitu Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram dan ke empat adalah bulan Rajab."
Selain keempat bulan khusus itu, bukan berarti bulan-bulan lainnya tidak memiliki keutamaan, karena masih ada bulan Ramadhan yang diakui sebagai bulan paling suci dalam satu satu tahun. Keempat bulan tersebut secara khusus disebut bulan-bulan yang disucikan karena ada
alasan-alasan khusus pula, bahkan para penganut paganisme di Makkah mengakui keempat bulan tersebut disucikan.
Pada dasarnya setiap bulan adalah sama satu dengan yang lainnya dan tidak ada perbedaan dalam kesuciannya dibandingkan dengan bulan- bulan lain. Ketika Allah Swt memilih bulan khusus untuk menurunkan rahmatnya, maka Allah Swt lah yang memiliki kebesaran itu atas
kehendakNya.

Keutamaan Bulan Muharram
Nabi Muhammad Saw bersabda, "Ibadah puasa yang paling baik setelah puasa Ramadan adalah berpuasa di bulan Muharram."
Meski puasa di bulan Muharram bukan puasa wajib, tapi mereka yang berpuasa pada bulan Muharram akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah Swt. Khususnya pada tanggal 10 Muharram yang dikenal dengan hari 'Asyura.
Ibnu Abbas mengatakan, ketika Nabi Muhammad Saw hijrah dari Makkah ke Madinah, beliau menjumpai orang-orang Yahudi di Madinah biasa berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Menurut orang-orang Yahudi itu, tanggal 10 Muharram bertepatan dengan hari ketika Nabi Musa dan
pengikutnya diselamatkan dari kejaran bala tentara Firaun dengan melewati Laut Merah, sementara Firaun dan tentaranya tewas tenggelam.
Mendengar hal ini, Nabi Muhammad Saw mengatakan, "Kami lebih dekat hubungannya dengan Musa daripada kalian" dan langsung menyarankan agar umat Islam berpuasa pada hari 'Asyura. Bahkan dalam sejumlah tradisi umat Islam, pada awalnya berpuasa pada hari 'Asyura
diwajibkan. Kemudian, puasa bulan Ramadhan-lah yang diwajibkan sementara puasa pada hari 'Asyura disunahkan.
Dikisahkan bahwa Aisyah mengatakan, "Ketika Rasullullah tiba di Madinah, ia berpuasa pada hari 'Asyura dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa. Tapi ketika puasa bulan Ramadhan menjadi puasa wajib, kewajiban berpuasa itu dibatasi pada bulan Ramadhan saja dan
kewajiban puasa pada hari 'Asyura dihilangkan. Umat Islam boleh berpuasa pada hari itu jika dia mau atau boleh juga tidak berpuasa, jika ia mau." Namun, Rasulullah Saw biasa berpuasa pada hari 'Asyura bahkan setelah melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan.
Abdullah Ibn Mas'ud mengatakan, "Nabi Muhammad lebih memilih berpuasa pada hari 'Asyura dibandingkan hari lainnya dan lebih memilih berpuasa Ramadhan dibandingkan puasa 'Asyura." (HR Bukhari dan Muslim). Pendek kata, disebutkan dalam sejumlah hadist bahwa puasa di hari 'Asyura hukumnya sunnah.
Beberapa hadits menyarankan agar puasa hari 'Asyura diikuti oleh puasa satu hari sebelum atau sesudah puasa hari 'Asyura. Alasannya, seperti diungkapkan oleh Nabi Muhammad Saw, orang Yahudi hanya berpuasa pada hari 'Asyura saja dan Rasulullah ingin membedakan puasa umat Islam dengan puasa orang Yahudi. Oleh sebab itu ia menyarankan umat Islam berpuasa pada hari 'Asyura ditambah puasa satu hari sebelumnya atau satu hari sesudahnya (tanggal 9 dan 10 Muharram atau tanggal 10 dan 11 Muharram).
Selain berpuasa, umat Islam disarankan untuk banyak bersedekah dan menyediakan lebih banyak makanan untuk keluarganya pada 10 Muharram. Tradisi ini memang tidak disebutkan dalam hadist, namun ulama seperti Baihaqi dan Ibnu Hibban menyatakan bahwa hal itu boleh
dilakukan.
Legenda dan Mitos Hari 'Asyura
Meski demikian banyak legenda dari salah pengertian yang terjadi di kalangan umat Islam menyangkut hari 'Asyura, meskipun tidak ada sumber otentiknya dalam Islam. Beberapa hal yang masih menjadi keyakinan di kalangan umat Islam adalah legenda bahwa pada hari'Asyura Nabi Adam diciptakan, pada hari 'Asyura Nabi Ibrahim dilahirkan, pada hari 'Asyura Allah Swt menerima tobat Nabi Ibrahim, pada hari 'Asyura Kiamat akan terjadi dan siapa yang mandi pada
hari 'Asyura diyakini tidak akan mudah terkena penyakit. Semua legenda itu sama sekali tidak ada dasarnya dalam Islam. Begitu juga dengan keyakinan bahwa disunnahkan bagi mereka untuk menyiapkan makanan khusus untuk hari 'Asyura.
Sejumlah umat Islam mengaitkan kesucian hari 'Asyura dengan kematian cucu Nabi Muhmmad Saw, Husain saat berperang melawan tentara Suriah. Kematian Husain memang salah satu peristiwa tragis dalam sejarah Islam. Namun kesucian hari 'Asyura tidak bisa dikaitkan dengan
peristiwa ini dengan alasan yang sederhana bahwa kesucian hari 'Asyura sudah ditegakkan sejak zaman Nabi Muhammad Saw jauh sebelum kelahiran Sayidina Husain. Sebaliknya, adalah kemuliaan bagi Husain yang kematiannya dalam pertempuran itu bersamaan dengan
hari 'Asyura.
Anggapan-anggapan yang salah lainnya tentang bulan Muharram adalah kepercayaan bahwa bulan Muharram adalah bulan yang tidak membawa keberuntungan, karena Husain terbunuh pada bulan itu. Akibat adanya anggapan yang salah ini, banyak umat Islam yang tidak melaksanakan pernikahan pada bulan Muharram dan melakukan upacara khusus sebagai
tanda ikut berduka atas tewasnya Husain dalam peperangan di Karbala, apalagi disertai dengan ritual merobek-robek baju atau memukuli dada sendiri.
Nabi Muhammad sangat melarang umatnya melakukan upacara duka karena meninggalnya seseorang dengan cara seperti itu, karena tindakan itu adalah warisan orang-orang pada zaman jahiliyah.
Rasulullah bersabda, "Bukanlah termasuk umatku yang memukuli dadanya, merobek bajunya dan menangis seperti orang-orang pada zaman jahiliyah."
Bulan Pengampunan Dosa
Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam sistem kalender Islam. Kata Muharram artinya 'dilarang'. Sebelum datangnya ajaran Islam, bulan Muharram sudah dikenal sebagai bulan suci dan pada bulan ini dilarang untuk melakukan hal-hal seperti peperangan dan pertumpahan
darah.
Seperti sudah disinggung di atas, bahwa bulan Muharram banyak memiliki keistimewaan. Khususnya pada tanggal 10 Muharram. Beberapa kemuliaan tanggal 10 Muharram antara lain Allah Swt akan mengampuni dosa-dosa setahun sebelumnya dan setahun ke depan.

Jumat, 21 September 2012

Daftar Ulama yg mendukung merayakan maulid Nabi

Berikut para Imam dan Muhaddits,serta ulama yg membuat riwayat maulid dan pendapat lain nya: (dr berbagai sumber)
1. Berkata Imam Al Hafidh Ibn Hajar Al Asqalaniy rahimahullah :
Telah jelas dan kuat riwayat yg sampai padaku dari shahihain bahwa Nabi saw datang ke Madinah dan bertemu dengan Yahudi yg berpuasa hari asyura (10 Muharram), maka Rasul saw bertanya maka mereka berkata : “hari ini hari ditenggelamkannya Fir’aun
dan Allah menyelamatkan Musa, maka kami berpuasa sebagai tanda syukur pada Allah swt, maka bersabda Rasul saw : “kita lebih berhak atas Musa as dari kalian”, maka diambillah darinya perbuatan bersyukur atas anugerah yg diberikan pada suatu hari
tertentu setiap tahunnya, dan syukur kepada Allah bisa didapatkan dg pelbagai cara, seperti sujud syukur, puasa, shadaqah, membaca Alqur’an, maka nikmat apalagi yg melebihi kebangkitan Nabi ini?, telah berfirman Allah swt “SUNGGUH ALLAH TELAH
MEMBERIKAN ANUGERAH PADA ORANG ORANG MUKMININ KETIKA DIBANGKITKANNYA RASUL DARI MEREKA” (QS Al Imran 164)
2. Pendapat Imam Al Hafidh Jalaluddin Assuyuthi rahimahullah :
Telah jelas padaku bahwa telah muncul riwayat Baihaqi bahwa Rasul saw ber akikah untuk dirinya setelah beliau saw menjadi Nabi (Ahaditsulmukhtarah hadis no.1832 dg sanad shahih dan Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 9 hal.300), dan telah diriwayatkan
bahwa telah ber Akikah untuknya kakeknya Abdulmuttalib saat usia beliau saw 7 tahun, dan akikah tak mungkin diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah beliau saw yg kedua atas dirinya adalah sebagai tanda syukur beliau saw kepada Allah swt yg telah membangkitkan beliau saw sebagai Rahmatan lil’aalamiin dan membawa Syariah utk ummatnya, maka sebaiknya bagi kita juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau saw dengan mengumpulkan teman teman dan saudara saudara, menjamu dg makanan makanan dan yg serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan kebahagiaan. bahkan Imam Assuyuthiy mengarang sebuah buku khusus mengenai perayaan maulid dengan nama : “Husnulmaqshad fii ‘amalilmaulid”.
3. Pendapat Imam Al hafidh Abu Syaamah rahimahullah (Guru imam Nawawi) :
Merupakan Bid’ah hasanah yg mulia dizaman kita ini adalah perbuatan yg diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul saw dengan banyak bersedekah, dan kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal itu memuliakan Rasul saw dan membangkitkan rasa cinta pada beliau saw, dan bersyukur kepada Allah dg kelahiran Nabi saw.
4. Pendapat Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljazriy rahimahullah dalam kitabnya ‘Urif bitta’rif Maulidissyariif :
Telah diriwayatkan Abu Lahab diperlihatkan dalam mimpi dan ditanya apa keadaanmu?, ia menjawab : “di neraka, tapi aku mendapat keringanan setiap malam senin, itu semua sebab aku membebaskan budakku Tsuwaibah demi kegembiraanku atas kelahiran
Nabi (saw) dan karena Tsuwaibah menyusuinya (saw)” (shahih Bukhari). maka apabila Abu Lahab Kafir yg Alqur’an turun mengatakannya di neraka mendapat keringanan sebab ia gembira dengan kelahiran Nabi saw, maka bagaimana dg muslim ummat Muhammad saw yg gembira atas kelahiran Nabi saw?, maka demi usiaku, sungguh balasan dari Tuhan Yang Maha Pemurah sungguh sungguh ia akan dimasukkan ke sorga kenikmatan Nya dengan sebab anugerah Nya.
5. Pendapat Imam Al Hafidh Syamsuddin bin Nashiruddin Addimasyqiy dalam kitabnya Mauridusshaadiy fii maulidil Haadiy :
Serupa dg ucapan Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljuzri, yaitu menukil hadits Abu Lahab
6. Pendapat Imam Al Hafidh Assakhawiy dalam kitab Sirah Al Halabiyah
berkata ”tidak dilaksanakan maulid oleh salaf hingga abad ke tiga, tapi dilaksanakan setelahnya, dan tetap melaksanakannya umat islam di seluruh pelosok dunia dan bersedekah pd malamnya dg berbagai macam sedekah dan memperhatikan pembacaan maulid, dan berlimpah terhadap mereka keberkahan yg sangat besar”.
7. Imam Al hafidh Ibn Abidin rahimahullah dalam syarahnya maulid ibn hajar berkata : ”ketahuilah salah satu bid’ah hasanah adalah pelaksanaan maulid di bulan kelahiran nabi saw”
8. Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahullah
dengan karangan maulidnya yg terkenal ”al aruus” juga beliau berkata tentang pembacaan maulid, ”Sesungguhnya membawa keselamatan tahun itu, dan berita gembira dg tercapai semua maksud dan keinginan bagi siapa yg membacanya serta merayakannya”.
9. Imam Al Hafidh Al Qasthalaniy rahimahullah
dalam kitabnya Al Mawahibulladunniyyah juz 1 hal 148 cetakan al maktab al islami berkata: ”Maka Allah akan menurukan rahmat Nya kpd orang yg menjadikan hari kelahiran Nabi saw sebagai hari besar”.
10. Imam Al hafidh Al Muhaddis Abulkhattab Umar bin Ali bin Muhammad yg terkenal dg Ibn Dihyah alkalbi dg karangan maulidnya yg bernama ”Attanwir fi maulid basyir an nadzir”
11. Imam Al Hafidh Al Muhaddits Syamsuddin Muhammad bin Abdullah Aljuzri
dg maulidnya ”urfu at ta’rif bi maulid assyarif”
12. Imam al Hafidh Ibn Katsir
yg karangan kitab maulidnya dikenal dg nama : ”maulid ibn katsir”
13. Imam Al Hafidh Al ’Iraqy
dg maulidnya ”maurid al hana fi maulid assana”
14. Imam Al Hafidh Nasruddin Addimasyqiy
telah mengarang beberapa maulid : Jaami’ al astar fi maulid nabi al mukhtar 3 jilid, Al lafad arra’iq fi maulid khair al khalaiq, Maurud asshadi fi maulid al hadi.
15. Imam assyakhawiy
dg maulidnya al fajr al ulwi fi maulid an nabawi
16. Al allamah al faqih Ali zainal Abidin As syamhudi
dg maulidnya al mawarid al haniah fi maulid khairil bariyyah
17. Al Imam Hafidz Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad As syaibaniy yg terkenal dg ibn diba’dg maulidnya addiba’i
18. Imam ibn hajar al haitsami
dg maulidnya itmam anni’mah alal alam bi maulid syayidi waladu adam
19. Imam Ibrahim Baajuri
mengarang hasiah atas maulid ibn hajar dg nama tuhfa al basyar ala maulid ibn hajar
20. Al Allamah Ali Al Qari’
dg maulidnya maurud arrowi fi maulid nabawi
21. Al Allamah al Muhaddits Ja’far bin Hasan Al barzanji
dg maulidnya yg terkenal maulid barzanji
23. Al Imam Al Muhaddis Muhammad bin Jakfar al Kattani
dg maulid Al yaman wal is’ad bi maulid khair al ibad
24. Al Allamah Syeikh Yusuf bin ismail An Nabhaniy
dg maulid jawahir an nadmu al badi’ fi maulid as syafi’
25. Imam Ibrahim Assyaibaniy
dg maulid al maulid mustofa adnaani
26. Imam Abdulghaniy Annanablisiy
dg maulid Al Alam Al Ahmadi fi maulid muhammadi”
27. Syihabuddin Al Halwani
dg maulid fath al latif fi syarah maulid assyarif
28. Imam Ahmad bin Muhammad Addimyati
dg maulid Al Kaukab al azhar alal ‘iqdu al jauhar fi maulid nadi al azhar
29. Asyeikh Ali Attanthowiy
dg maulid nur as shofa’ fi maulid al mustofa
30. As syeikh Muhammad Al maghribi
dg maulid at tajaliat al khifiah fi maulid khoir al bariah
31.Imam Rabi’ At-Thufi Ash-Shurshuri nama kitabnya Maulid Ash-Shurshuriy, ia menulis kitab ini sekitar tahun 700 H
32.Imam Al-Hafidz Abul-Hasan ‘Ali Al-Mas’udiy ?wafat tahun 346 H? kitab maulidnya terkenal dengan nama Kitab Maulid Al-Mas’udi.
33.Imam Ash-Shalih As-Sayyid Al-Bakri dikenal dengan kitabnya Kitab Maulid Al-Bakri
34.Imam Mar’i bin Yusuf Al-Maqdisi ?wafat tahun 1033 H? nama kitab maulidnya Kitab Maulid Al-Maqdisi Al-Hanbali
35.kitab Attanwir fi maulid basyir an nadzir oleh Imam Al-Hafidh al-Muhaddits Abulkhattab Umar bin Ali bin Muhamad yang terkenal dengan nama Ibn Dihyah alkalbi
36.Imam Al-Hafidh al-Muhaddits Syamsuddin Muhamad bin Abdullah aljuzri
dgn kitab urfu at ta’rif bi maulid assyarif
37.Syeikh Ma’ruf Al Karkhi berkata :
“Barang siapa mempersiapkan makanan, mengumpulkan teman teman, menyalakan lampu, mengenakan pakaian baru , memakan parfum dan menghias dirinya untuk membaca dan mengagungkan mauled rasul, maka kelak di hari kiamat Allah akan mengumpulkan bersama para Nabi, orang orang yang berada dalam barisan pertama. Dia kan ditempatkan di Illiyyin yang tertinggi.
(Abu Bakar Bin Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, Ianathuth Thalibin Darul Fikr, juz3, hal 255)
38.Syeikh Sirri As-Saqthi berkata :
“Barangsiapa yang mendatangi tempat pembacaan riwayat Maulid Nabi Muhammad SAW, maka dia diberi sebidang taman disurga, karena sesungguhnya tidak ada orang yang berjalan mendatangi tempat tersebut, kecuali orang-orang itu mencintai Nabi Muhammad SAW. dan Nabi Muhammad SAW telah bersabda: ” Barang siapa yang mencintaiku, maka dia akan bersamaku di syurga.”
[Syeikh Muhammad Nawawi Al-Jawi Al-Bantani, Madaarijus-su'uud , hal 15-16]
39.Imam Jalaluddin as-Suyuthi (849 H – 911 H)
menjawab bahwa perayaan Maulid Nabi SAW boleh dilakukan. Sebagaimana dituturkan dalam Al-Hawi lil Fatawi:”Ada sebuah pertanyaan tentang perayaan Maulid Nabi SAW pada bulan Rabiul Awwal, bagaimana hukumnya menurut syara’. Apakah terpuji ataukah tercela? Dan apakah orang yang melakukannya diberi pahala ataukah tidak? Beliau menjawab: Menurut saya bahwa asal perayaan Maulid Nabi SAW, yaitu manusia berkumpul, membaca Al-Qur’an dan kisah-kisah teladan Nabi SAW sejak kelahirannya
sampai perjalanan kehidupannya. Kemudian menghidangkan makanan yang dinikmnti bersama, setelah itu mereka pulang. Hanya itu yang dilakukan, tidak lebih.
Semua itu termasuk bid’ah al-hasanah. Orang yang melakukannya diberi pahala karena mengagungkan derajat Nabi SAW, menampakkan suka dta dan kegembiraan atas kelahiran Nnbi Muhammad SAW yang mulia”. (Al-Hawi lil Fatawi, juz I, hal 251-252)
40.Syech Ibnu Taymiah:
“Orang-orang yang melaksanakan perayaan Maulid Nabi SAWakan diberi pahala. Begitulah yang dilakukan oleh sebagian orang. Hal mana juga di temukan di kalangan Nasrani yang memperingati kelahiran Isa AS. Dalam Islam juga dilakukan oleh kaum muslimin sebagai rasa cinta dan penghormatan kepada Nabi SAW. Dan Allah SWT akan memberi pahala kepada mereka atas kecintaan mereka kepada Nabi mereka, bukan dosa atas bid’ah yang mereka lakukan”.
(Manhaj as-Salaf li Fahmin Nushush Bainan Nazhariyyah wat Tathbiq, 399)
41.Imam al-Syawkânî dalam al-Badr al-Thâli‘. mengatakan,“Dibolehkan merayakan hari kelahiran Nabi saw.”. Beliau pun mengatakan bahwa Mulah ‘Alî al-Qârî memiliki pandangan yang sama dalam kitabnya, al-Mawrid al-Râwî fî al-Mawlid al-Nabawî, yang ditulis secara khusus untuk mendukung perayaan hari kelahiran Nabi saw..
Imam al-Syakhawî mengatakan, “Peringatan hari kelahiran Nabi saw. dimulai pada tiga abad setelah Nabi saw. wafat. Seluruh muslimin merayakannya dan seluruh ulama membolehkannya, dengan cara beribadah kepada Allah swt, bersedekah, dan membaca riwayat hidup Nabi saw.”.
42.Al-Hafidh Ibn Hajar al-Haytsamî mengatakan, “Sebagai mana orang-orang Yahudi merayakan Hari Asyura dengan berpuasa untuk bersyukur kepada Allah swt, kita pun mesti merayakan maulid”. Beliau pun mengutip hadits yang telah disebutkan di depan, “Tatkala Nabi saw. tiba di Madinah …” Ibn Hajar kemudian melanjutkan: (Selayak nya) orang bersyukur kepada Allah swt atas rahmat yang telah Dia berikan pada suatu hari tertentu, baik berupa kebaikan yang besar ataupun keterhindaran dari bencana. Hari tersebut dirayakan setiap tahun setelah peristiwa itu. Ungkapan syukur terlahir dalam berbagai bentuk peribadatan seperti sujud syukur, puasa, sedekah, dan membaca Alquran. Lantas, kebaikan apa lagi yang lebih besar dari kedatangan Nabi saw., seorang Nabi penyebar rahmat, pada hari maulid?
43.Dalam kitab Kasyfudz-Dzunun dikemukakan bahwa orang pertama yang menulis kitab Maghazi (Manakib atau perilaku kehidupan Nabi Muhammad saw.) ialah Muhammad bin Ishaq ?terkenal dengan nama Ibnu Ishaq? wafat pada tahun 151 H (pada zaman tabi’in). Dengan indah dan cemerlang ia menguraikan riwayat maulid Nabi serta menjelaskan berbagai manfaat yang dapat dipetik dari bentuk-bentuk peringatan, seperti walimah, shadaqah dan kebajikan-kebajikan lainnya yang semuanya bersifat ibadah.
44.Adapun orang pertama yang menulis kitab maulid Nabi dan kemudian dibaca didepan umum dalam pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh para penguasa daulat ‘Abassiyah, adalah Imam Al-Hafidz Hujjatul Islam Al-Qadhi ‘Askar Amirul Mu’minin Muhammad
Al-Mahdi Al-‘Abbasi wafat tahun 207 H . Imam ini adalah orang pertama yang menghimpun hadits-hadits para sahabat Nabi saw. mengenai kebajikan dan pahala membaca riwayat maulid Nabi saw..
45.Allamah Nuruddin ‘Ali dalam kitabnya yang berjudul Wafa-ul-Wafa bi Akhbari Daril-Mushtofa mengatakan bahwa Siti Khaizuran, bunda Musa Amirul Mu’minin, pada tahun 170 H sengaja datang ke Madinah, lalu menyuruh penduduk menyelenggarakan peringatan maulid Nabi saw. di dalam masjid Nabawi
46.Imam Al-Jauzi (Al-Hafidz Jamaluddin ‘Abdurrahman Al-Jauzi) ?seorang imam madzhab Hanbali wafat tahun 567 H? mengatakan;
“Manfaat istimewa yang terkandung dalam peringatan maulid Nabi saw. ialah timbulnya perasaan tenteram disamping kegembiraan yang mengantarkan ummat Islam kepada tujuan luhur. Dijelaskan pula olehnya bahwa orang-orang pada masa Daulat ‘Abbasiyah dahulu memperingati hari maulid Nabi saw. dengan berbuat kebajikan menurut kemampuan masing-masing, seperti mengeluarkan shadaqah, infak dan lain-lain. Selain hari maulid, mereka juga memperingati hari-hari bersejarah lainnya, misalnya hari keberadaan Nabi saw. di dalam goa Hira sewaktu perjalanan hijrah ke Madinah. Penduduk Baqdad memperingati dua hari bersejarah itu dengan riang gembira, berpakaian serba bagus dan banyak berinfak.
47.Imam Nawawi (Al-Hafidz Muhyiddin bin Syarat An-Nawawi) yang wafat dalam tahun 676 H bahkan mensunnahkan peringatan maulid Nabi saw.. Fatwa Imam Nawawi tersebut diperkuat oleh Imam Al-Asqalani (Al-Hafidz Abul-Fadhl Al-Imam bin Hajar Al-‘Asqalani) yang wafat dalam tahun 852 H. Dengan berdasarkan dalil-dalil yang meyakinkan, Imam Al-‘Asqalani memastikan bahwa memperingati hari maulid Nabi saw. dan mengagungkan kemuliaan beliau merupakan amalan yang mendatangkan pahala.
48.Imam Taqiyyuddin ‘Ali bin ‘Abdul-Kafi As-Sabki ? wafat tahun 756 H? menulis kitab khusus tentang kemuliaan dan kebesaran Nabi Muhammad saw. Bahkan ia menfatwakan, barangsiapa menghadiri pertemuan untuk mendengarkan riwayat maulid Nabi Muhammad saw. serta keagungan maknanya ia memperoleh barokah dan ganjaran pahala.
49. Imam Syihabuddin Ahmad bin Muhammad bin ‘Ali bin Hajar Al-Haitsami As-Sa’di Al-Anshari Asy-Syafi’i ?wafat tahun 973 H? menulis kitab khusus mengenai kemuliaan Nabi saw.. Ia memandang hari Maulid Nabi saw. sebagai hari raya besar yang penuh
barokah dan kebajikan.
50.Imam ‘Abdur-Rabi’ Sulaiman At-Thufi As-Shurshuri Al-Hanbali ?terkenal dengan nama Ibnul-Buqiy? wafat tahun 716 H. Ia menulis sajak dan sya’ir-sya’ir bertema pujian memuliakan keagungan Nabi Muhammad saw., ke agungan yang tidak ada pada
manusia lain mana pun juga. Tiap hari maulid Nabi para pemimpin Muslim berkumpul dirumahnya. Ia lalu minta salah seorang dari hadirin supaya mendendangkan sya’ir-sya’ir Al-Buqiy itu.
51.Dalam kitab Insanul-‘Uyun Fi Siratil-Amin Al-Ma’mum bab 1, Imam ‘Ali bin Burhanuddin Al-Halabi mengatakan: “Kebiasaan berdiri pada saat orang mendengar pembaca riwayat maulid menyebut detik-detik kelahiran Nabi saw., memang merupakan bid’ah hasanah/baik, bid’ah mahmudah/terpuji, sama sekali bukan bid’ah dholalah atau bid’ah madzmumah/tercela atau munkarah (bid’ah buruk yang tercela). Khalifah Umar Ibnul Khattab ra. sendiri menamakan shalat tarawih berjama’ah sebagai bid’ah hasanah. Dengan demikian maka orang yang berdiri ?sebagai tanda penghormatan? pada saat mendengar detik-detik kelahiran Nabi saw. disebut, apalagi jika peringatan maulid itu dibarengi dengan kegiatan infak dan shadaqah, semua nya itu jelas merupakan kegiatan terpuji.
52. As-Sayyid Muhammad Shalih As-Sahruwardi judul kitabnya Tuhfatul-Abrar fi Tarikh Masyru’iyyatil-hafl Bi Yaumi Maulid An-nabiyyil-Mukhtar. Dalam kitabnya ini dia mengemukakan dalil-dalil meyakinkan tentang keabsahan peringatan maulid Nabi Muhamad saw. sebagai ibadah sunnah yang ditekankan (sunnah mu’akkadah), agar kaum muslimin melaksanakannya dengan baik.
53. Al-államah Sayyid Ali bin Muhammad Alhabsyi nama kitab maulidnya Simtud Durar.
54.Al-államah Al Habib Umar bin hafidh dgn maulid nya addhiya’ulami
Dan masih banyak lagi nama-nama para imam,muhaddist dan ulama yang menulis kitab-kitab mengenai maulidin Nabi saw dan pendapatnya,yang tidak dicantum disini…
wassalam….