Senin, 20 Mei 2013

Tentan bersumpah

Imam al-Baihaqi meriwayatkan dari ar-Rabi’ bin Sulaiman, katanya, Imam Syafi’i رحمه الله mengatakan: “Barangsiapa yang bersumpah dengan menyebut salah satu asma’ Allah عزّوجلّ, kemudian melanggar sumpahnya, maka ia wajib membayar kaffarat. Dan barangsiapa yang bersumpah dengan menyebutkan selain Allah عزّوجلّ, misalnya, “Demi Ka’bah”, “Demi ayahku” dan sebagainya, kemudian melanggar sumpah itu, maka ia tidak wajib membayar kaffarat.”
Begitu pula apabila ia bersumpah dengan mengatakan “Demi umurku”, ia tidak wajib membayar kaffarat. Namun, bersumpah dengan menyebut selain Allah عزّوجلّ adalah haram, dan dilarang berdasarkan Hadits Nabi صلي الله عليه وسلم, “Sesungguhnya Allah عزّوجلّ melarang kami untuk bersumpah dengan menyebut nenek moyang kamu. Siapa yang hendak bersumpah, maka bersumpahlah dengan menyebut asma Allah عزّوجلّ, atau lebih baik diam saja

Selasa, 14 Mei 2013

Keutamaan Bulan Rajab

Kita sudah memasuki bulan Rajab, seyogyanya kita memuliakan dengan amalan yang bermanfaat dan yang diridoi Allah swt, seperti yang dijelaskan dalam Hadist dibawah ini :
Diriwayatkan dari Nabi Muhammad saw, belia bersabda : “Barangsiap menghidupkan malam pertama dari bulan Rajab tidaklah mati hatinya pada waktu hati-hati manusia mati, Allah akan mencurahkan  orang yang mempunyai kesalahan yang telah berhak disiksa neraka”.
Banyak fadhilah berpuasa di bulan ini dengan dasar Hadist ini :
Nabi Muhammda saw bersabda : “Ingat, sesungguhnya bulan Rajab adalah bulan Allah yang tulu. Maka barang siapa yang berpuasa satu hari dari bulan itu dengan beriman dan mencari pahala, tentu Allah mengharuskan keridhaan Allah yang besar padanya. Barang siapa yang berpuasa dua hari tentu dia mendapatkan kemuliaan disisi Allah yang tidak dapat diterangkan oleh orang-orang yang mau menerangkan dari penghuni-penghuni langit dan bumi. Barang siapa yang berpuasa tiga hari dari diselamatkan dia dari bala’ dunia dan siska akhirat, dari sakit gila, lepra, sakit belang dan fitnah Dajjal. Barang siapa berpuasa tujuh hari ditutuplah pintu-pintu neraka dari dirinya. Barang siapa yang berpuasa delapan hari dibukalah baginya delapan buah pintu surge. Barang siapa yang berpuasa sepuluh hari maka dia tidak meminta sesuatu kepada Allah kecuali Allah akan memberinya. Dan barang siapa yang berpuasa lima belas hari maka Allah akan mengampuni apa yang telah lalu dari dosa-dosanya dan mengganti kebaikan pada kejahatannya. Dan barang siapa yang menambah dari lima belas hari maka Allah pun akan menambah pahalanya”.
Sungguh Maha Pemurah Allah memberikan imbalan bagi orang-orang yang ikhlas mengamalkan puasa pada bulan Rajab ini, apakah kita akan melewatkan kemurahan Allah bulan Rajab ini yang memberikan begitu banyak dari bulan-bulan sebelumnya.
Ayo para pecinta Allah dan rasulNya tunaikanlah sunahnya walau hanya satu hari kita berpuasa.
Begitu juga bersholawat bulan Rajab ini Allah melipatgandakan pahalanya, yang pada bulan sebelumnya  satu kali kita bersholawat Allah akan membalasnya 10 kali, pada bula Rajab Allah akan menambahnya seperti yang dijelaskan pada Hadist ini :
Nabi bersabda : “ Aku telah melihat sungai pada malal Mi’raj, yang airnya lebih manis daripada madu, lebih dingin daripada es dan lebih harum daripada misik. Aku bertanya kapada Jibril : “Untuk siapa sungai ini?” Dia menjawab: “Untuk orang yang membaca sholawat kepadamua pada bulan Rajab.”
Wahai muhibbin perbanyak lah sholawat pada Rajab supaya kita bias mandi sepuasnya di sungai yang indah nan harum ini.
Semoga bermanfaat…………

Senin, 07 Januari 2013

HAK-HAK ISTRI TERHADAP SUAMI

Alloh S.W.T berfiman sebagaimana tersebut dalam Surat An-Nisaa ; Ayat 19:
“WA ‘AASYIRUUHUNNA BILMA’RUUFI”

Artinya : “ Dan pergauilah mereka (istri-istrimu) dengan baik “
Yang dimaksud adalah pergaulan secara adil. Baik dalam pembagian giliran (kalau kebetulan polygami), pemberian belanja dan berperangai baik dalam ucapan dan tindakan.
Dalam Surat Al-Baqoroh ayat 228 diterangkan:

Artinya : “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengankewajiban nya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami mempunyai suatu tingkatan kelebihan daripada istrinya. ”
Diriwayatkan dari nabi S.A.W bahwa, saat beliau menunaikan haji wada’ belau bersabda : Setelah beliau memuji Alloh S.W.T dan menyanjung-Nya serta memberi petuah pada kaum muslimin yang hadir, Beliau melanjutkan sabdanya:
“Ingatlah, berikanlah wasiat kepada para wanita secara baik, karena mereka hanyalah sebagai tawanan dihadapanmu. Sesungguhnya kalian tidak memiliki apapun dari mereka kecuali kebaikan. kecuali jika mereka itu (wanita) datang dengan membawa perbuatan buruk yang jelas. Kalau wanita melakukan perbuatan tercela, maka berpisahlah sebatas tempat tidur dan pukullah dengan pukulan yang tidak membahayakan. Kalau istrimu mentaati maka kamu jangan mencari alasan lain untuk mengusiknya. Ingatlah sesungguhnya kamu mempunyai hak atas istri dirimu.
Diantara hak kalian atas istri-istrimu adalah melarang istrimu menggelar tikarmu terhadap orang yang tidak kamu sukai dan tidak mengijinkan istriistrimu memasukkan orang yang tidak kamu sukai. Ingatlah, bahwa diantara hak-hak istrimu adalah memberi pakaian yang baik kepadanya dan demikian
pula dalam hal makanannya. ”

Rasululloh S.A.W bersabda, Artinya: “ Hak istri atas suami adalah memberi makan kepadanya jika ia (suami) makan, memberi pakaian kepadanya apabila ia (suami) berpakaian, dan jangan menampar wajah, jangan menjelek-jelekkan dan jangan membiarkan (memisahkannya) kecuali dalam
hal tempat tidur. (riwayat Thamrani dari Muawiyah bin Haidah).
Rosulloh S.A.W bersabda:
“AYYUMAA ROJULIN TAZAWWAJA IMROATAN ‘ALAA MAAQOLLA MINALMAHRI AU KATSURO LAISYA FII NAFSIHI ANYUADDIYA HAQQOHAA KHODDA’AHAA FAMAATA WALAM YUADDI ILAIHAA HAQQOHAA LAQIYALLOHA YAUMAL QIYAMATA WAHUWA ZAARIN”
Artinya: “Siapapun orang laki-laki yang menikahi seorang wanita dengan maskawin yang hanya sedikit atau banyak, tetapi drinya berniat untuk tidak memenuhi hak-hak istri (yakni bermaksud menipunya) lalu lelaki itu mati hingga belum pernah memenuhi hak-hak istrinya, maka dihari kiamat kelak ia akan menghadap Alloh S.W.T dengan menyandang predikat sebagai pezina.”
Rosulloh S.A.W bersabda : “INNA MIN AKMALIL MU’MINIINA IIMAANAN AHSANUHUM KHULUQON WAALTHOFUHUM BIAHLIHII. ”
Artinya: ”Sesunguhnya diantara kesempurnaan keimanan orang mukmin adalah mereka yang lebih bersikap kasih sayang (berlaku lemah lembut) terhadap istrinya. ” (riwayat Turmudzi dan Hakim dari Aisyah).

Rasulullah S.A.W bersabda: “KHOIRUKUM KHOIRUKUM LIAHLIHII WA ANA KHOIRUKUM LI AHLII. ”
Artinya : “ Sebaik-baik orang diantara kamu adalah mereka yang paling bagus terhadap istri-istrinya. Dan aku adalah orang yang terbaik diantaramu terhadap keluarga (istri-istri)ku. ” (Riwayat Ibnu Hibban).
Dalam riwayat lainnya dikatakan :
Artinya : “ Sebaik-baik orang diantara kamu adalah mereka yang paling bagus terhadap istri-istrinya, dan aku adalah orang yang lebih bagus diantaramu terhadap istri-istriku. ”
Rasulullah S.A.W bersabda :
“MAN SHOBARO’ALA SUUI KHULUQI IMROATIHII A’THOOHU ALLAHU MINAL AJRI MITSLAMAA U’THIYA AYYUUBU ‘ALAIHISSALAAMU’ALA BALAA IHI WA MAN SHOBAROT ‘ALASUI KHULUQI ZAUJIHAA A’THOOHALLAHU MINAL AJRI MITSLATS.A.WAA BI AASIYATA IMROATA FIR’AUNA. ”
Artinya : “ Barang siapa bersabar atas keburukan kelakuan istrinya maka Allah S.W.T akan memberi pahala kepadanya seperti pahala yang pernah diberikan Allah S.W.T kepada Nabi Ayyub AS atas cobaan yang diterimanya.
Dan barang siapa bersabar atas keburukan kelakuan suaminya maka Allah S.W.T memberi pahala kepadanya seperti pahala yang pernah diberikan kepada Asiyah istri Fir’aun. ”
Perlu diketahui bahwa cobaan yang diberikan Allah S.W.T kepada Nabi Ayyub AS adalah terdiri dari empat macam cobaan. Meliputi cobaan atas kebangkrutan (pailit) kekayaannya, kematian semua anak-anaknya, kerusakan pada tubuhnya dan diasingkan oleh masyarakat kecuali hanya istrinya saja yang setia menemani.
Kehancuran harta kekayaan Nabi Ayyub AS terdiri dari unta, sapi, kambing, gajah, khimar (keledai). Kekayaan lain milik Beliau adalah 500 hektar tanah persawahan, semuanya digarap oleh 500 orang, pada setiap orang mempunyai anak istri. Pengikut Beliau terdiri dari 3 golongan semua telah beriman dan masih berusia muda.
Iblis yang diberikan kekuasaan oleh Allah S.W.T dapat turun naik dari bumi ke langit sewaktu dikehendaki, mempunyai maksud naik ke langit. Tiba-tiba Iblis mendengar para malaikat membaca Sholawat atas Nabi Ayyub AS. Saat itu juga timbullah rasa Hasud di dalam hatinya. Ia berkata memohon kepada
Allah S.W.T :
“ WAHAI TUHAN, SEKARANG INI AKU MEMANG TELAH MENYAKSIKAN SENDIRI HAMBA-MU AYYUB SANGAT RAJIN BERSYUKUR SERAYA MEMUJI KEPADA-MU. TETAPI KALAU ENGKAU MEMBERI COBAAN KEPADAKU TENTU DIA TIDAK AKAN BERSYUKUR DAN TIDAK PULA MENTAATINYA.
Allah S.W.T berfirman kepada Iblis :
“BAIK, SILAKAN KAMU MERANGKAP. SEKARANG AKU BERI KEKUASAAN KEPADAMU UNTUK MENCOBA AYYUB AS MELALUI HARTA KEKAYAANNYA. ”

Iblis berangkat. Ia mengumpulkan semua anak buah terdiri dari syaitan dan jin ia katakan kepada mereka: “ SEKARANG AKU TELAH DIBERI WEWENANG UNTUK MENCOBA AYYUB AS MELALUI HARTANYA. ”
Lebih lanjut iblis berkata lagi :
“ IFRIT, SEKARANG KAU KUBERI TUGAS MEMBAKAR TEMPAT PENGGEMBALAAN UNTA-UNTA MILIK AYYUB AS DAN SEKALIGUS MEMBUNUH SEMUA UNTA-UNTA ITU. LAKSANAKAN !”
Iblis datang menjumpai Ayyub AS, saat mana ketika itu Beliau sedang melaksanakan sholat. Iblis berkata kepadanya: “ TEMPAT PENGGEMBALAAN UNTA-UNTAMU TERBAKAR, DAN SELURUH UNTA MILIKMU IKUT TERBAKAR PULA. ”
Apa kata Nabi Ayyub AS: “ ALKHAMDULILLAH. ALLAH S.W.T SENDIRI YANG MEMBERIKAN KEKAYAAN ITU KEPADAKU DAN HANYA DIA SAJA YANG BERHAK MENGAMBIL KEMBALI. ”
Iblis tidak berhenti sampai disitu. Ia meningkat lagi pada kekayaan yang lain.
Ia hancurkan semua kambing milik Nabi Ayyub As, berikut tempat penggembalaannya. Ia datang ke Nabi Ayyub As seraya memberitahukan peristiwa itu.
“ANGIN PANAS TELAH MENGHANCURKAN KEBUNNYA, TIDAK ADA YAMG TERSISA SEDIKITPUN, ” kata iblis sehabis merusak semua kebun milik Nabi Ayyub AS. Apa kata Nabi Ayyub As. “ ALKHAMDULILLAH ...” kemudian Beliau memuji Allah S.W.T dan menyanjung-Nya. ”
Usaha iblis belum berhenti sampai disitu. Ia kembali menghadap Allah S.W.T seraya memohon agar diberi kekuasaan untuk mencoba Nabi Ayyub AS melalui anak-anaknya.
Allah berkata:”Silakan, pergilah. Aku memberi kekuasaan penuh kepadamu untuk mencoba Ayyub melalui anak-anaknya. ”
Iblis berangkat. Yang dituju adalah gedung tempat anak-anak Nabi Ayyub As berlindung di bawahnya. Gedung itu diguncang lalu hancur menindih habis anak-anak Nabi Ayyub As, semuanya mati. Iblis lalu memberi Nabi Ayyub As tentang bencana yang menimpa anak-anaknya.
Apa reaksi Beliau?. Nabi Ayyub AS malah beristighfar memohon ampun kepada Allah S.W.T.
Usaha iblis tetap tidak menghasilkan apapun untuk merubah ketaatan Nabi Ayyub As. Beliau tetap taat kepada Allah S.W.T dan bersyukur kepada-Nya.
Iblis kembali menghadap Allah S.W.T seraya memohon agar diberi kekuasaan untuk menguji nya. Allah berkata kepadanya: “ SILAKAN. AKU BERI KEKUASAAN KEPADAMU UNTUK MENGUJI MELALUI TUBUH LISAN DAN AKALNYA. TETAPI BUKAN HATINYA. ”
Iblis segera berangkat untuk menggoda Nabi Ayyub As. Sampai ketempat yang dituju ternyata Beliau sedang bersujud. Iblis datang dari arah kepala Beliau, lalu meniup kedua lubang hidungnya dengan sekali tiup. Seketika itu badan Nabi Ayyub As serasa gatal-gatal.
Makin lama terasa semakin gatal. Nabi Ayyub As menggaruk-garuk bagianbagian tubuh yang gatal dengan ujung-ujung jemarinya. Tetapi belum juga hilang gatal-gatal itu.
Nabi Ayyub As mencoba menggaruk-garuknya dengan kain kasar. Belum juga hilang gatal-gatal itu. Lalu menggunakan kerewang (pecahan genting) dan batu. Beliau tidak henti-hentinya menggaruk badannya hingga melepuh, sehingga bernanah dan berbau busuk. Masyarakat sekitarnya menganggap
berbahaya terhadap penyakit yang sedang dialami Nabi Ayyub As. Mereka sepakat mengasingkan Beliau ke luar daerah. Beliau terusir ke tempat yang kotor. Mereka membuatkan untuk Beliau sebuah gubuk yang hanya ditemani istrinya yang bernama Rahmah.
Meskipun demikian istri beliau, Rahmah, selalu setia melayaninya. Ia berbuat baik sekali kepadanya. Ia perlakukan suaminya penuh kasih sayang.
Kebutuhan-kebutuhan makan dan minumnya selalu diperhatikan. Kaum Nabi Ayyub As yang mendeportasi dirinya terdiri dari tiga golongan. Namun begitu semuanya masih tetap dalam keimanan semula. Mereka tidak meninggalkan agamanya.
Dalam kisah lain diriwayatkan bahwa, ada seseorang bermaksud menghadap Umar Bin Khattab hendak mengadukan perihal perangai buruk istrinya.
Sampai ke rumah yang dituju orang itu menanti Umar Ra di depan pintu. Saat itu ia mendengar istri Umar mengomeli dirinya, sementara Umar sendiri hanya berdiam diri saja tanpa bereaksi. Orang itu bermaksud balik kembali sambil melangkahkan kaki seraya bergumam:”KALAU KEADAAN AMIRUL MUKMININ SAJA BEGITU, BAGAIMANA HALNYA DENGAN DIRIKU. ”
Bersamaan itu Umar keluar, ketika melihat orang itu hendak kembali. Umar memanggilnya, katanya : ”ADA KEPERLUAN PENTING ?”. Ia menjawab : ” AMIRUL MUKMININ, KEDATANGANKU INI SEBENARNYA HENDAK MENGADUKAN PERIHAL ISTRIKU LANTARAN SUKA MEMARAHIKU. TETAPI BEGITU AKU MENDENGAR ISTRIMU SENDIRI BERBUATSERUPA, MAKA AKU BERMAKSUD KEMBALI. DALAM HATI AKU BERKATA:KALAU KEDAAN AMIRUL MUKMININ SAJA DIPERLAKUKAN ISTRINYA SEPERTI ITU, BAGAIMANA HALNYA DENGAN DIRIKU. ”
Umar berkata kepadanya:”SAUDARA, SESUNGGUHNYA AKU RELA MENANGGUNG PERLAKUAN SEPERTI ITU DARI ISTRIKU KARENA ADANYA BEBERAPA HAK YANG ADA PADANYA. ISTRIKU BERTINDAK SEBAGAI JURU MASAK MAKANANKU. IA SELALU MEMBUATKAN ROTI UNTUKKU. IA SELALU MENCUCIKAN PAKAIAN-PAKAIANKU. IA MENYUSUI ANAK-ANAKKU, PADAHAL SEMUA ITU BUKAN KEWAJIBANNYA. AKU CUKUP TENTRAM TIDAK MELAKUKAN PERKARAHARAM LANTARAN PELAYANAN ISTRIKU. KARENA ITU AKU MENERIMANYA SEKALIPUN DIMARAHI. ”
Kata orang itu : ”AMIRUL MUKMININ, DEMIKIAN PULAKAH TERHADAP ISTRIKU?”. Jawab Umar : ”YA, TERIMALAH MARAHNYA. KARENA YANG DILAKUKAN ISTRIMU TIDAK AKAN LAMA, HANYA SEBENTAR SAJA. ”
Tentang kisah Asiyah lengkapnya begini; ketika Nabi Musa As mengalahkan para tukang sihir Fir’aun, keimanan Asiyah semakin mantap. Keimananya kepada Allah itu sendiri itu sebenarnya sudah lama tertanam didalam hatinya, dan ia tidak menyatakan Fir’aun (suaminya) sebagai Tuhan. Begitu Fir’aun semakin jelas mengetahui keimanan istrinya, maka ia menjatuhkan hukuman kepadanya.
Kedua tangan dan kakinya diikat. Asiyah ditelentangkan diatas tanah yang panas, wajahnya dihadapkan kesinar matahari. Manakala para penyiksanya kembali, malaikat menutup sinar matahari sehingga siksaan itu tidak terasa.
Belum cukup siksaan itu dilakukan Fir’aun, ia kembali memerintahkan algojonya supaya menjatuhkan sebongkah batu besar kedada Asiyah.
Manakala Asiyah melihat batu besar itu hendak dijatuhkan padanya, beliau berdoa kepada Allah S.W.T:”ROBBI IBNILII ‘INDAKA BAITAN FIL JANNAH. ”
Artinya :” Wahai Allah S.W.T, Tuhanku, bangunkanlah untukku disisi-Mu sebuah gedung di Syurga, (Q. S. At Tahrim, ayat 11).
Segera Allah memperlihatkan sebuah bangunan gedung di syurga yang terbuat dari marmer berwarna mengkilat. Asiyah sangat bergembira, lalu ruhnya keluar menyusul kemudian barulah sebongkah batu besar itu dijatuhkan pada tubuhnya sehingga beliau tidak merasakan sakit, karena jasadnya sudah tidak mempunyai nyawa.
Syeikh habib Abdullah Al Haddad mengatakan, seseorang yang sempurna adalah orang yang mempermudah hak-haknya, tetapi tidak mempermudah (meremehkan) hak-hak Allah. Sebaliknya orang yang kurang sempurna adalah orang yang diketahui berlaku sebaliknya.

Jumat, 04 Januari 2013

Sepak Terjang Wahhabi dan Klan Saudi

Dalam sejarah perjuangan Wahabi, tidak satu pun mereka melakukan perjuangan menentang orang-orang Yahudi dan Kristen yang kala itu datang menjajah Negara-negara muslim dan berupaya menghancurkan khilafah Islamiyah Turki Utsmani. Perjuangan mereka hanya dipenuhi dengan air mata dan darah umat Islam melalui berbagai penyerangan dan pembunuhan yang mereka lakukan kepada penduduk Makah, Thaif, Madinah, Riyad, Qatar, Bashrah, Karbala, Nejef, Qum, Omman, Kuwait, negeri-negeri Syam, dan negeri-negeri Islam lainnya. Namun ironisnya, mereka merasa bangga dengan perjuangan membunuh umat Islam itu, sebagaimana terangkum dalam buku-buku sejarah resmi milik mereka. Perbuatan seperti ini adalah akidah teroris. Islam tidak pernah mengajarkan demikian. Inilah bid’ah sesungguhnya.
Ada beberapa efek samping yang dikhawatirkan dari keberadaan faham keras Salafi Wahabi ini terkait sikap umat Islam. Secara garis besarnya ada tiga kemungkinan, yaitu: Pertama, akan dapat mengakibatkan seseorang kafir atau keluar dari Islam, karena menolak akidah yang dianggapnya sesat ini, jika dia meyakini bahwa ajaran itu benar-benar mempresentasikan Islam itu sendiri. Kedua, jika dia tidak meyakini bahwa ajaran itu dari Islam, maka dia akan menolak faham Salafi Wahabi ini. Efek selanjutnya yang mungkin berkembang adalah, bisa jadi orang tersebut akan membenci dan antipasti terhadap Salafi Wahabi, sehingga perpecahan umat kian meruncing. Ketiga, bisa jadi seseorang justru menjadi pendukung dan pengikut setia Salafi Wahabi, untuk kemudian mengamalkan ajarannya. Yang ketiga ini pun akan menjadi bumerang dalam tubuh umat Islam, karena ada ‘perebutan’ pengikut. Selain itu, menjadi lengkaplah ketika tidak ada titik temu antara ajaran Salafi Wahabi dengan ajaran umat Islam mayoritas. Oleh karena itu, para ulama harus segera menyikapi fenomena Salafi Wahabi ini.
Bukan hanya tega membunuh umat Islam, para pengikut Salafi Wahabi pun merampas harta orang-orang muslim yang mereka bunuh. Bahkan mereka pun berani menyerbu tanah suci Makah dan Madinah. Mereka membunuh para syaikh dan orang awam yang tidak bersedia masuk Islam. Perhiasan dan perabotan mahal nan indah –yang telah disumbangkan oleh para raja dan pangeran dari seluruh dunia Islam untuk memperindah Masjidil Haram, makam Nabi saw., makam-makam para wali dan orang-orang shaleh di seputar Makah dan Madinah– dicuri dan dibagi-bagikan di antara mereka, para tokoh Wahabi. Maka, pada tahun 1804 M, Makah pun jatuh ke tangan Wahabi.
Setelah menguasai Makah, pada akhir bulan Dzulqa’dah 1220 H, mereka juga berhasil menguasai kota Madinah. Setibanya di Madinah, mereka melabrak dan menggeledah rumah Nabi saw., lalu mengambil semua harta benda yang ada di dalamnya, termasuk lampu dan tempat air yang terbuat dari emas dan perak yang dihiasi permata dan zamrud yang tidak ternilai harganya. Di sana mereka melakukan beberapa perbuatan keji dan sadis, sehingga menyebabkan banyak dari kalangan ulama melarikan diri. Kemudian, mereka menghancurkan semua kubah di Pekuburan Baqi, seperti kubah Ahlul Bait (istri-istri Nabi, anak dan keturunannya) serta pekuburan kaum muslimin. Mereka mencoba untuk memusnahkan kubah makam baginda Rasulullah saw., namun ketika mereka melihat di kubah tersebut terdapat lambang bulan sabit yang mereka sangka terbuat dari emas murni, mereka mengurungkan niatnya. Sungguh Mahasuci Allah yang telah memalingkan mereka dari perbuatan keji dan melampaui batas itu.
Selama Wahabi berkuasa di Jazirah Arab, sudah terlalu banyak perpustakaan Islam yang mereka bumi-hanguskan dan mereka bakar buku-bukunya, seperti pembakaran kitab-kitab para ulama klasik ketika mereka memasuki kota Makah. Di antara buku-buku yang dibakar itu adalah kitab Dalail al-Khairat, Raudh ar-Rayyahin, buku-buku- mantiq, tasawuf, akidah, dan lainnya yang tidak sejalan dengan ajaran mereka. Inilah musibah besar ilmiah yang terjadi untuk kesekian kalinya menimpa umat Islam.
Di antara pembakaran buku-buku yang paling fenomenal adalah pembakaran buku-buku yang ada di perpustakaan Maktabah Arabiyah di Makah al-Mukarramah. Perpustakaan ini termasuk perpustakaan yang paling berharga dan paling bernilai historis. Bagaimana tidak, sedikitnya ada 60.000 buku-buku langka dan sekitar 40.000 masih berupa manuskrip yang sebagiannya adalah hasil diktean baginda Nabi saw. kepada para sahabatnya, sebagian lagi dari Khulafaur Rasyidin yang empat, dan para sahabat Nabi yang lainnya.
Sebagaimana berfungsi sebagai penampungan ribuan buku-buku klasik, perpustakaan Maktabah Arabiyah itu juga menampung peninggalan Islam dan peninggalan sebelum Islam. Namun kini, semua itu hilang dan habis dibakar oleh para Wahabi. Karena menurut mereka, segala peninggalan itu akan menyebabkan kemusyrikan, dan ribuan buku warisan Islam tersebut akan menjadikan umat Islam berfaham sesat (baca: tidak sesuai dengan faham mereka). Oleh karenanya, buku-buku itu harus dimusnahkan dan dihilangkan jejaknya.
Pada 1224 H, kembali musibah besar dalam hal warisan ilmu para ulama as-salaf ash-shalih. Tentara Salafi Wahabi yang dipimpin oleh Ibnu Qamala melenyapkan perpustakaan Hadhramaut tanpa bekas, dengan membakar dan memberangus gedung beserta ribuan kitab-kitab yang ada di dalamnya.
Menyerang dan Membunuh Umat Islam atas Nama Jihad
Dalam merampas harta umat Islam, menyandera wanita dan anak-anaknya, memerangi dan membantai nyawa mereka, Salafi Wahabi menamakan perjuangan itu sebagai jihad fi sabilillah. Pernyataan di atas bukan tuduhan, tetapi memang demikianlah pernyataan pendiri Salafi Wahabi. Dalam penyerangan-penyerangan yang mereka namakan futûhât ini, para serdadunya disiapkan sendiri oleh Muhammad Ibnu Abdul Wahab.
Demikianlah. Padahal, agama Islam mengajarkan, selagi seseorang percaya tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad sebagai utusan-Nya, maka nyawanya, kehormatannya, dan semua yang dia miliki menjadi haram bagi muslim yang lain (tidak boleh dirampas). Jangankan kepada orang yang beriman, kepada orang kafir saja –seperti kafir dzimmy (non muslim yang berdamai dan membayar jizyah/pajak), kafir mu’ahid (non muslim yang mengadakan kesepakatan) dan musta’man (non muslim yang minta perlindungan)– kita tidak dibolehkan untuk merampas dan menyakiti mereka, melainkan wajib melindungi mereka sama seperti halnya terhadap seorang muslim. Lalu, dengan alasan apa mereka menghalalkan harta, nyawa, dan kehormatan sesama muslim tersebut ?
Mengkafirkan Semua Umat Islam Yang Tidak Sejalan
Dalam keyakian mereka, umat Islam yang tidak mengikuti fahamnya dianggap sebagai umat yang sesat dan kafir, yang dengan kata lain, darah, harta, dan kehormatannya menjadi halal untuk dinodai. Demikianlah faktanya.
Sebagian kecil dari bukti pengkafiran mereka terhadap umat Islam adalah pengkafiran penduduk Makah, Ahsaa, Anzah, Dhufair, Uyainah, Dir’iyah, Wasym, dan Sudair.
Bersekongkol dengan Klan Saudi
Setelah Muhammad Ibnu Abdul Wahab diusir dari Najd (tanah kelahirannya) pada 1158 H karena dakwahnya yang dianggap sesat dan onar, dia meminta bantuan emir Dir’iyah, Muhammad Ibnu Saud, untuk melindungi dirinya.
Atas permintaannya itu, Muhammad Ibnu Saud menerima Muhammad Ibnu Abdul Wahab dan memberinya perlindungan dari musuh-musuhnya.
Mereka berdua menemui banyak kecocokan, untuk kemudian bersekongkol memperjuangkan kepentingannya masing-masing di balik tameng agama. Mereka bersumpah setia dan bersepakat untuk berbagio tugas: Ibnu Saud mengurusi bidang kekuasaan, sementara Abdul Wahab mengurusi bidang agama. Ada tiga syarat yang mereka sepakati bersama, yaitu:
Pertama, Muhammad Ibnu Abdul Wahab tidak menghalangi Ibnu Saud dalam hal pengambilan harta (seperti cukai, pajak, dan retribusi lain) dari penduduk yang tunduk kepada kekuasaan Ibnu Saud. Adapun yang tidak taat, maka harus diperangi atas nama agama alias jihad, dan harta rampasannya dinamakan ghanimah.
Kedua, imarah –yakni kerajaan dan kekuasaan– hanya dipegang oleh keluarga Muhammad Ibnu Saud dan keturunannya. Sedangkan keluarga Muhammad Ibnu Abdul Wahab dan keturunannya, cukup menangani urusan keagamaan.
Ketiga, pihak Muhammad Ibnu Abdul Wahab memiliki kewajiban untuk selalu berada di pihak keluarga Ibnu Saud, konsisten dan selalu mendukung kebijakannya, tidak boleh meninggalkannya atau berpaling kepada yang lain.
Pada tahun 1744, kemitraan Ibnu Abdul Wahab dengan Ibnu Saud dimulai lewat upacara sumpah yang menetapkan Ibnu Saud sebagai emir (pemimpin sekular) dan Ibnu Abdul Wahab sebagai imam (dan kemudian berubah menjadi Syaikh al-Imam). Dinasti Saud-Wahabi pun terbentuk, dinasti yang pada kemudian hari menjadi penguasa Saudi Arabia.
Gerakan Wahabiyah dan Dinasti Saud sejak kemunculannya berusaha menundukkan suku-suku di Jazirah Arab di bawah bendera Wahabi/Saudi. Menyamun, menyerang, dan menjarah suku tetangga adalah praktik yang luas dilakukan suku-suku Badui di Jazirah Arab sepanjang sejarahnya. Pada 1746, Syaikh Ibnu Abdul Wahab mengeluarkan proklamasi jihad terhadap siapa saja yang menentang ad-Da’wa li at-Tauhid (seruan tauhid). Penyerangan mulai dilangsungkan ke daerah suku-suku yang dinyatakan olehnya sebagai suku kafir (biasanya dengan menyerang yang lebih lemah terlebih dahulu dan mengadakan kesepakatan non-agresi dengan suku yang kuat).
Setiap suku yang belum masuk Wahabi diberi dua tawaran jelas: masuk Wahabi atau diperangi sebagai orang musyrik dan kafir. Yang setuju harus mengucapkan bai’at (sumpah setia) ketundukan dan menunjukkan loyalitas dengan bersedia ikut berjihad dan membayar zakat. Yang menentang akan diperangi dan dijarah.
Bekerjasama dengan Inggris Merongrong Kekhalifahan Turki Utsmani
Tidak benar jika Salafi Wahabi mengklaim bahwa mereka tidak pernah merongrong apalagi memberontak terhadap Kekhalifahan Islam yang sah saat itu, Turki Utsmani. Kala itu, secara de jure maupun de facto, Turki Utsmani memang menguasai semenanjung Jazirah Arab dan Timur Tengah secara umum.
Mari kita buktikan dengan arsip sejarah Kerajaan Inggris tentang kenyataan itu, yang mana Inggris adalah sekutu Salafi Wahabi dalam upaya merongrong Kekhalifahan Turki Utsmani. Di bawah ini adalah dokumen resmi pemerintah Inggris yang telah diterjemahkan oleh pakar diplomat dan mantan Duta Besar Irak, Najda Fathi Shafwa, yang dibundel dalam 6 jilid buku tebal berjudul al-Jazirah al-‘Arabiyah fi al-Watsa`iq al-Barithaniyah; Najd wa Hijaz (Jazirah Arab dalam dokumen-dokumen Britania; Najd dan Hijaz).
Publikasi dan penerjemahan dokumen-dokumen resmi ini atas ijin resmi Kerajaan Inggris melalui Kantor Kerajaan Inggris di bidang dokumen dan arsip Ratu Inggris (Her Majesty’s Stationary Office). Inilah di antara bunyi dokumen tersebut:
“Jazirah Arab secara umum berada di bawah kekuasaan Turki Utsmani,… Klan keluarga Syarif Hussein (keturunan Rasulullah saw.) yang menguasai kota suci Makah sejak 700 tahun lalu itu didirikan oleh Qatadah Ibnu Idris (1133-1220 M) yang dilahirkan di Yanbu’, Jazirah Arab. Dia memanfaatkan fitnah pertikaian yang terjadi di tengah masyarakat Makah sebagai peluang untuk menguasainya. Dia berhasil menjadi penguasa Makah pada tahun 1201. Kekuasannya semakin meluas ke Madinah sebelah utara, dan Yaman sebelah selatan. Kemudian Sultan Turki Utsmani Salim I menguasai Mesir dan semenanjung Hijaz tahun 1517. Para syarif dari anak-anak cucu Qatadah it uterus memegang kekuasaan (di Jazirah Arab ) di bawah pemerintahan Turki Utsmani dari masa ke masa, baik secara de jure maupun de facto. Syarif Hussein ibnu Ali Ibnu Muhammad ibnu Abd al-Mu’in ibn Awan merupakan penguasa terakhir dari kalangan syarif tersebut. Dialah yang mengumumkan revolusi Arab tahun 1916 dan menjadi raja Hijaz. Sampai akhirnya, dia lengser dari kekuasaannya akibat keluarga Saud menguasai Hijaz tahun 1924. Lalu diwarisi putranya, Raja Ali, namun hanya berkuasa setahun.”
Ketika Makah berhasil direbut oleh kelompok Salafi Wahabi dari tangan Khalifah Turki Utsmani, maka dominasi Wahabi di tanah suci menjadi tantangan langsung terhadap otoritas Khalifah di Turki kala itu. Beberapa kali serangan dilancarkan dari Baghdad oleh Khalifah, tetapi gagal. Setelah gagal di tahun 1811, pada 1812 pasukan Kekhalifahan Utsmani dari Mesir berhasil menduduki Madinah. Pada tahun 1815, kembali pasukan dari Mesir menyerbu Riyad, Makah, dan Jeddah. Kali ini, pasukan Wahabi kocar-kacir. Pada saat itu, Ibrahim Pasya, putra sang penguasa Mesir sebagai wakil pemerintahan Turki Utsmani, datang dengan kekuatan sekitar 8000 pasukan kavelari dan infantry dari Mesir, Albania, dan Turki.
Muhammad Ibnu Saud sendiri beserta beberapa anggota keluarganya ditawan dan dibawa ke Kairo dan kemudian ke Konstantinopel. Di ibukota Khilafah Utsmani itu dia dipermalukan, diarak keliling kota di tengah cemoohan penonton selama tiga hari. Kemudian, kepalanya dipenggal dan tubuhnya dipertotonkan kepada kerumunan yang marah. Sisa-sisa keluarga Saudi-Wahabi menjadi tawanan di Kairo. Kehancuran Wahabi pun disambut gembira di banyak negeri muslim.
Pada tahun 1902, ‘Abdul Aziz, putra ‘Abd ar-Rahman ibnu saud yang mengungsi ke Kuwait, memulai usaha meraih kembali kajayaan Dinasti Saudi yang hilang. Dengan bantuan Syaikh Kuwait yang selama ini melindunginya, Ibnu Saud –demikian nama populer ‘Abdul Aziz –berhasil meraih Riyad dan mengumumkan kembali kekuasaan Dinasti Saud di sana.
Lahirnya Kerajaan Saudi Arabia
Pada 26 Desember 1915, ketika Perang Dunia I berkecamuk, Ibnu Saud menyepakati traktat dengan Inggris. Pemerintah Inggris mengakui kekuasaan Ibnu Saud atas Najd, Hasa, Qatif, Jubail, dan wilayah-wilayah yang tergabung di dalam empat wilayah utama ini. Traktat ini juga mendatangkan keuntungan material bagi Ibnu Saud. Ia mendapatkan 1000 senapan dan uang £20.000 begitu traktat ditandatangani. Selain itu, Ibnu Saus menerima subsidi bulanan £5.000 dan bantuan senjata yang akan dikirim sampai tahun 1924, bersamaan dengan runtuhnya Khilafah Islamiyah Turki Utsmani. Sebagai imbalannya, Ibnu Saud tidak akan mengadakan perundingan dan membuat traktat dengan Negara asing lainnya. Ibnu Saud juga tidak akan menyerang ke, atau campur tangan di, Kuwait, Bahrain, Qatar, dan Oman (yang berada di bawah proteksi Inggris).
Setelah berbulan-bulan dikepung, akhirnya pada 4 November 1921, Ha’il (ibukota Klan Rasyidi) jatuh ke tangan Ibnu Saud yang dibantu Inggris melalui dana dan persenjataan. Sesudah menaklukkan Ha’il, Ibnu Saud beralih ke Hijaz. Satu demi satu kota di Hijaz jatuh ke tangan Ibnu Saud. ‘Asir, wilayah di Hijaz selatan, jatuh pada 1922, disusul Taif, Makah, dan Madinah (di tahun 1924), dan Jeddah (di awal tahun 1925). Pada tahun 1925 juga, di bulan Desember, Ibnu Saud menyatakan diri sebagai Raja Hijaz, dan pada awal Januari 1926 ia menjadi Raja Hijaz sekaligus Sultan Najd dan daerah-daerah bawahannya. Untuk pertama kalinya sejak berdirinya Negara Saudi II, empat wilayah penting di Jazirah Arabia, yaitu Najd, Hijaz, ‘Asir, dan Hasa, kembali berada di tangan kekuasaan Klan Saudi. Dan pada tahun 1932, Ibnu Saud telah berhasil menyatukan apa yang dikenal sebagai Kerajaan Saudi Arabia.
Peran Salafi Wahabi dalam Menjadikan Palestina Terjajah
Bukan suatu yang aneh jika Salafi Wahabi selama ini bungkam seribu bahasa dengan keberadaan Yahudi di Palestina dan segala kejahatan yang mereka lakukan terhadap umat Islam di negeri yang terampas dan terjajah itu. Sejak awal, Salafi Wahabi sudah mengamini “penggadaian” negeri Palestina kepada Inggris untuk diberikan kepada orang-orang Yahudi.
Dalam Muktamar al-Aqir tahun 1341 H di distrik Ahsaa telah ditandatangani sebuah perjanjian resmi antara pihak Wahabi dengan pemerintah Inggris. Tertulis dalam kesepakatan itu kalimat-kalimat yang ditorehkan oleh pimpinan Wahabi berbunyi:
“Aku beikrar dan mengakui seribu kali kepada Sir Percy Cox wakil Britania Raya, tidak ada halangan bagiku (sama sekali) untuk memberikan Palestina kepada Yahudi atau yang lainnya sesuai keinginan Inggris, yang mana aku tidak akan keluar dari keinginan Inggris sampai hari kiamat.”
Surat perjanjian itu ditandatangani oleh Raja Abdul Aziz. Selain itu, utusan Wahabi juga telah datang menghadiri “Muktamar tentang Tempat Hijrah Bangsa Yahudi ke Palestina”. Dalam muktamar itu, penasihat Wahabi, Syaikh Abdullah Philippi (Kolonel Jhon Philippi) –seorang orientalis penasihat kerajaan Saudi– mengusulkan untuk memberikan Palestina kepada bangsa Yahudi dengan imbalan kemerdekaan bagi seluruh negara-negara Arab. Dalam muktamar itu, Wahabi menyetujui kesepakatan rencana itu.
Hujan Protes dari Negara-Negara Muslim
Pada tahun 1926 protes massal kaum muslim mengalir dari seluruh dunia. Resolusi pun diluncurkan dan daftar kejahatan Salafi Wahabi di’senarai’kan.
Protes yang sama bermunculan di Iran, Irak, Mesir, Indonesia, Turki, dan negara-negara muslim lainnya. Beberapa ulama menulis traktat dan buku untuk mengabarkan kepada dunia bahwa fakta-fakta yang terjadi di Hijaz pada dasarnya adalah konspirasi karya Yahudi guna melawan Islam dengan berkedok “pemurnian tauhid”. Tujuan utamanya adalah menghapus secara sistematis akar sejarah umat Islam, sehingga nantinya kaum muslimin kehilangan jejak sejarah dan asal-usul keagamaannya.
Sumber: Buku Sejarah Berdarah Sekte Wahabi Salafi

Senin, 31 Desember 2012

Wahabi, Siapakah Yang Kalian Bela?

Bagi orang yang memiliki dua mata yang mampu memandang kebenaran, cobalah buka  kedua matamu pasti kamu akan mengetahui bahwa Wahabiyah adalah pendukung pertama penjajahan barat terhadap negara-negara Islam. Tidak sampai di sini saja, apabila kamu mengikuti sejarah Muhammad ibn Abdul Wahhab dan para pemimpin Wahabiyah setelahnya, kamu tidak akan pernah menemukan upaya nyata mereka dalam mensejahterakan umat, menegakkan keadilan, mencegah kedzaliman dan melawan kebodohan. Juga andil mereka dalam upaya perdamaian dan kesejahteraan.
Tidak akan kamu temukan dalam sejarah mereka kecuali pengkafiran terhadap umat Islam dan tuduhan syirik, mewajibkan untuk memerangi mereka serta menghalalkan darah dan harta mereka.  Dalam diri mereka yang ada hanyalah aqidah tajsim, tasybih, kufur, sesat dan pengingkaran ziarah makam Rasulullah dan makam orang-orang yang shalih untuk bertabarruk, dan pengkafiran terhadap orang yang mengatakan: “Wahai nabi pembawa rahmat mintakan syafaat untukku kepada Allah!!”. Dan mengingkari perayaan maulid nabi yang mulia seperti yang telah biasa dilakukan oleh kalangan ahlussunnah, mengharamkan membaca al Qur’an bagi umat Islam yang telah meninggal dunia, inilah rutinitas mereka tidak ada yang lain.
Inilah satu-satunya tujuan mereka dengan kedok agama mereka menumpahkan darah umat Islam yang tidak berdosa, menghalalkan yang haram, dan menyebarkan fitnah demi fitnah. Sungguh licik hati mereka penuh dengan kedengkian dan kebencian serta suka membuat masalah pada umat.
Bahkan, mereka jadikan barat sebagai qiblat dan mereka dukung para penjajah untuk menginjak-injak martabat negara-negara Arab dan Islam. Mereka adalah kepanjangan tangan musuh-musuh Islam yang dengan semaunya mereka permainkan Islam.
Sedangkan permusuhan Wahabiyah kepada umat Islam secara gamblang bisa dilihat dari fatwa Nashiruddin al Albani ketika memberikan fatwa kepada penduduk palestina dengan mewajibkannya keluar dari Palestina, apa kemaslahatan dari ini semua? Dan untuk siapa kita tinggalkan Palestina jika kita mewajibkan penduduknya meninggalkan Palestina? Berapa harga fatwa ini? Orang yang cerdas adalah orang yang memahami isyarat ini. Siapa yang membayar al Albani untuk fatwanya ini???
Inilah kenyataan dari apa yang telah mereka dilakukan, atau yang sedang mereka lakukan juga rencana busuk mereka di masa  mendatang.
Wahabiyah mengklaim bahwa mereka hanya mengikuti Nabi dan tidak membuat bid’ah. Aqidah mereka yang telah kita paparkan bersumber dari kitab-kitab mereka adalah saksi kebohongan mereka, jelas mereka pembuat bid’ah dalam aqidah. Dalam sebagian aqidah Wahabi mengikuti Yahudi, Fir’aun dan Hamman terbukti mereka berhujjah dengan aqidah orang-orang ini. Bahkan dalam hal menetapkan arah, batasan, tempat, duduk, bergerak, diam, berat, timbangan, lisan, mulut kepada Allah, mereka mengambil pernyataan Yahudi, Fir’aun dan Hamman. Juga Aqidah Wahabi yang mengatakan Allah berada di atas Arsy dengan dzat-Nya, di langit dengan dzat-Nya, Allah memiliki kursi di setiap langit untuk tempat dudukNya.
Kami menantang mereka, apakah mereka siap untuk menunjukkan siapa yang mereka ikuti dalam hal itu? Apabila mereka berbicara atau menulis tidak ada yang diikuti oleh mereka dalam hal itu  kecuali Fir’aun, Hamman, Yahudi dan Musyabbihahsebagaimana hal itu terlihat jelas, sejelas matahari di siang bolong yang tidak terhalang mendung. Apabila kita
beri waktu dari sekarang hingga dunia berakhir mereka tidak akan mampu untuk membuktikan satu hurufpun apa yang mereka selewengkan bahwa hal itu berdasarkan sabda Nabi, pendapat para sahabat, tabi’in atau dari seorang mujtahid Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Jadi Aqidah Wahabiyah adalah aqidah  yang rapuh bahkan lebih rapuh dari sarang laba-laba. Tidak ada panutan mereka kecuali orang-orang bodoh dan kafir yang telah Allah kehendaki bahwa mereka sesat menyesatkan serta tidak ada cahaya dalam hati-hati mereka. Jadi Wahabiyah adalah pembawa bid’ah dan bukan muttabiah (orang yang mengikuti nabi).
(Fadhoih al-Wahabiyah – Syaikh Fathi al-Mishri. Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dalam buku berjudul “Radikalisme Sekte Wahabiyah”)

Rabu, 26 Desember 2012

Fenomena Kiamat



Bismillahhirrahmannirrahim
Assalaamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Segala puji bagi Allah, pencipta dan pengatur tunggal alam semesta dan hanya kepadaNya lah kami memohon pertolongan atas suskses segala urusan, baik yang menyakut urusan duniawi maupun ukhrawi. Amiiiin
Shalawat salam dan berkah Allah, tateplah kepada manusia teladan dan mulian Baginda Rasulallah Muhammad saw yang sanggup membimbing manusia di dunia dan di akherat kelak, Demikian pula kepada para keluarga, sahabat dan para penerus perjuangan beliau hingga hari kiamat.
Semoga rahmat dan kemulian diberikan Allah kepada guru kami tercinta Al Habib Husen Assegaf
Pada tahun 2012 dihebohkan dengan fenomena datangnya hari kiamat khususnya pada bulan desember dan lebih khusus tanggal 21 desember 2012 menurut kalender suku maya, yang jelas suku tersebut tidak islam dan kafir, tapi tidak sedikit orang-orang yang mengaku islampun ikut terjebak dalam fenomena tersebut.
Untuk memperjelas fenomena kiamat menurut islam, akan saya sajikan tentang bab kiamat yang bersumber dari Hadits yang lebih valid daripada ramalan suku maya yang tidak bias dipertanggung jawabkan;
Dari  Hudzaifah katanya: “Ada orang bertanya kepada beliau saw, katanya “Ya Rasul, kapan terjadinya hari kiamat? Jawab beliau “Yang ditanya belum tentu melebihi yang bertanya, tetapi ada tanda-tandanya yaitu : “Banyaknya pasar hingga setiapnya sepi, banyak hujan tapi langka buah-buahan, meratanya harta riba dan banyak anak zina, orang kaya dipuja-puja, suara orang fasik bebas di mesjid, yang hak selalu dikalahkan yang bathil, lalu ia bertanya “Wasiat apakah darimu Ya Rasul? Jawab belia “Larilah, demi keselamatanmu (agamamu), atau seperti tikar tua dirumahmu”.
Dari Ibnu Umar, katanya: “Hari kiama tidak akan tiba, hingga satu keluarga berkumpul di (suatu tempat) hidangan makan, diantara mereka saling mengetahui, mana mukmin mana kafir. Ketika ditanya: “Kenapa itu? Jawabnya: “Dabbah bumi akan muncul dan mengusap setiap manusia (ditempatnya), usapan kepada orang mukmin berupa titik putih dimukanya, dan merata sedang orang kafir berupa usapan titik hitam dan merata kemukanya (menjadi hitam seluruh mukanya). Sehingga mereka (ketika jual beli di pasar) berkata: Kenapa kau jual seperi ini hai mukmin? Atau sebalik kenapa kau ambil itu hai kafir? Dianta mereka tidak saling menegur (yakni tiada penyesalan dikatakan seperti itu)”.
Dari Abu Hurairah, Nabi saw bersabda bahwa : “Tidak akan tiba hari kiamat, hingga matahari terbit dari barat, saati itu semua masyarakat dunia menyatakan beriman, tetapi tidan berguna imannya (jika sebelumnya tidak beriman), atau beramal baik dalam imannya (yakni setelah itu baru akan beramal baik, maka tiada guna baginya) “. (Al Hadits).
Allah berfirman :
“Ketika ketentuan Allah telah datang atas mereka, maka Kami keluarkan hewan Dabbah dari bumi, yang mengatakan kepada mereka bahwa “Manusia tidak lagi meyakini ayat-ayat Kami”. (Naml 82)
Dari Abu Huarairah, Baginda Nabi saw bersabda : “Para Nabi itu saudara seayah, dan ibunya berbeda, agama mereka satu, sedangkan yang terdekat dengan Nabi Isaputra Maryam, akulah orangnya, diantara dia denganku tidak ada pemisah seorang nabipun, dan ia akan menjadi khalifah bagi umatku, kedatangannya (di bumi) akan memusnahkan babi, membanting salib (menghancurkannya), memberantas cukai, dan mendamaikan masyarakat dunia (menghentikan peperangan dengan segala persenjataannya), setelah itu dunia merasakan damai, kebenaran benar-benar ditegakkan kembali sesudah dikibuli penganiayaan, sampai sampai singa hidup rukun dengan onta, macan dengan sapi, srigala dengan domba, dan anak kecil merasa aman dari ular”.
Berkat Ibnu Umar: “Nabi isa putra Maryam akan turun ke bumi, siap perang menghadapi Dajjal dan pasukannya (Yahudi), saat berkecamuknya perang diantara mereka, Dajjal melihatnya (Nabi Isa as) mencair seperti caitan lemak, akhirnya dengan demikian Dajjal tewas dalam peperangan melawan Nabi Isa dan pasukan Dajjal (orang-orang Yahudi) hancur berantakan, tunggang langgang melarikan diri, berlindung dibalik batu-batuan, tetapi batu-batupun tidak rela dibuat perlindungan, akhirnya melaporkannya kepada pasukan muslim, katanya: “Hai tentara muslim dibalik punggungku bersembunyi pasukan terkutuk (Yahudi), bunuhlah mereka”.
Masih banyak penjelasan dari Baginda Rasul yang tidak mungkin saya tulis semua, kiranya itu saja sudah cukup jelas untuk menyikapi dan mementah ramalan dari suku maya tersebut, dan propaganda Yahudi untuk menakuti umat manusia khususnya umat islam.
Bagi orang yang masih mengaku islam dan beriman kepada Allah dan Rasulallah Muhammad saw kiranya lebih percaya nubuah Nabi saw yang mulia dari pada percaya kepada ramalan suku maya.
Semoga tulisan yang singkat ini bermanfaat bagi kita semua dan menambah keimanan kita supaya lebih kokoh dan meningkatkan ketaqwaan kita sebenar-benarnya kepada Allah swt.
WALLAAHHUL MUWAAFIQ WALLAAHHU A’LAM
Wassalam
Muhammad Fathoni

Menyikapi Perayaan Tahun Baru



Gemerlap lampu dan hiasan menghiasi perumahan, pusat perbelanjaan dan seluruh media-media massa.  Ribuan terompet dan petasan disiapkan, hiburan-hiburan disajikan, ribuan manusia berkumpul menunggu detik-detik akhir tahun 2012. Itulah suasana yang kita jumpai pada event tahunan malam pergantian tahun.
Sebagai seorang muslim, bagaimanakah kita menyikapi fenomena ini?
Bolehkah kita berbaur dan ikut merayakan ceremony semacam ini?
Agar bias memahami serta meyikapinya dengan bijak, obyektif dan sesuai syariah islam, mari kita tela’ah masalah ini secara tuntas. Sekilas tentang tahun masehi. Penetapan awal tahun masehi merujuk pada tahun yang dianggap sebagai tahun kelahiran Nabi Isa As (walaupun hal ini sama sekali tidak pernah terbukti). Selain masehi, istilah lain untuk kalender ini adalah Christ (Inggris: Kristus), Common Era (CE) dan Anno Domini (Latin: Tahun Tuhan Kita). Dan untuk menyebut tahun sebelum mashi biasanya digunakan istilah Before Christ (BC), Before Common Era (BCE), atau Sebelum Masehi (SM).
Asal usul kalender masehi diambil dari kalender kuno bangsa Romawi, awalnya orang Romawi Cuma punya sepuluh bulan yaitu: 1. Martius (Maret), 2. Aprilis (April), 3. Maius (Mei), 4. Junius (Juni), 5. Quintilis (Juli), 6. Sextilis (Agustus), 7. September (September), 8. October (Oktober), 9. November (Nopember), 10. December (Desember). Martius  artinya Dewa Mars, Maius artinya Dewa Maya, Junius artinya Dewa Juno. Kemudian Aprilis diambil dari kata Apreriri (cuaca yang nyaman dimusim semi), sedangkan nama-nama Quintrilis, Sextrilis, September, October, November, dan December adalah nama yang diberikan berdasarkan angka urutan susunan bulan. Quintrilis berarti bulan kelima, Sextilis bulan keenam, September bulan ketujuh, October bulan kedelapan dan December bulan kesepuluh.
Kalender yang terdiri dari sepuluh bulan ini akhirnya berkembang menjadi 12 bulan, dengan penambahan bulan Januari us yang diambil dari nama dewa Janus yang memiliki dua muka, kedepan dan kebelakang, jadi mampu melihat masa lampau dan masa depan, oleh karena itu dijadikanlah Januari sebagai awal tahun. Ditambahkan juga Februari yang diambil dari upacara Februa, semacam upacara bersih-bersih desa untuk menyambut musim semi. Banyak kekacauan yang terjadi gara-gara penambahan ini. Bisa kita buktikan, bulan Quintrilis yang artinya bulan kelima gara-gara penambahan ini menjadi bulan ketujuh, Sextilis bulan keenam jadi kedelapan, September bulan ketujuh menjadi kesembilan dt. Bukan hanya itu, gara-gara tidak ada aturan yang jelas, seperti aturan kabisat dll, kalender ini banyak meleset. Sampai akhirnya di tahun 47 sm, kemlesetannya itu mencapai tiga bulan.
Dalam kunjungannya ke Mesir pada tahun 47 SM, Julius Caesar sempat menerima anjuran dari Sosigenes ahli perbintangan Mesir untuk memajangkan tahun 46 SM menjadi 445 hari dengan menambah 23 hari pada bulan Februari dan menambah 67 hari antara bulan November dan Desember. Bukan hanya itu, Julius Caesar juga membuat aturan baru mengenai kalender Romawi, yaitu bahwa satu tahun ada 365 hari dan setiap empat tahun sekali umur tahun bukan 365 akan tetapi 366 hari dan disebut tahun Kabisat. Setelah tahun itu perjalanan tahun kembali cocok dengan musim, untuk menghargai jasanya maka bulan ketujuh, Quintrilis diganti menjadi bulan Julio atau sering kita sebut dengan nama Juli. Kemudian untuk mengenang Kaisar Agustus bulan kedelapan Sextilis diubah menjadi Agustus. Perubahan itu diikuti dengan menambah umur bulan Agustus menjadi 31 hari, karena sebelumnya bulan Sextilis umurnya 30 hari saja, penambahan satu hari itu diambilkan dari bulan Februari, karena itulah bulan Februari umurnya hanya 28 hari atau 29 hari pada tahun kabisat. Kalender Julian yang sudah kelihatan apik ini lama kelamaan kelihatan meleset juga, kalau dulu musim semi mindur sampai 3 bulan sekaran mengalami percepatan beberapa hari. Kemelesetan itu terjadi sebab revolusi bumi yang dikira 365.25 hari, ternyata sebenarnya 365 hari 5 jam 56 detik kurang beberapa detik, meski berbeda hanya beberapa menit setahun akan tapi jika berjalan ratusan tahun akhirnya menjadi Nampak jelas perbedaannya. Untuk mengatasinya, Paus Gregious XIII pimpinan Gereja Katholik di Roma pada tahun 1582 melakukan koreksi dan membuat beberapa keputusan. Pertama: angka tahun yang diakhiri dua nol jika tidak bias dibagi 400 maka bukan lagi tahun kabisat. Kedu:  karena darurat tahun 1582 ada pengurangan 10 hari, pada Oktober 1582, setelah tanggal 4 Oktober langsung ke tanggal 14 Oktober. Oleh karena itu kita tidak akan pernah menjumpai tanggal 5 – 13 Oktober 1582 dalam kalender Masehi. Ketiga: 1 Januari kembali ditetapkan sebagai tahun baru, setelah sebelumnya rahib Katholik, Dionisius Exoguus di tahun 527 M menetapkan 25 Maret sebagai tahun baru karena dia meyakini bahwa Nabi Isa AS (Yesus) lahir pada tanggal 25 Maret dipermulaan musim semi. Begitulah kalender ini berjalan hingga kini.
Hukum merayakannya?
Sudah Nampak jelas, bahwa ternya 1 Januari itu merupakan salah satu rangkaian hari raya kaum Kristiani yang ditetapkan oleh Paus Gregious XIII di tahun 1582, nama tahunnya saja Anno Domini (Latin: Tahun Tuhan Kita). Jika seperti itu pantaskah sebagai Muslim kita ikut merayakannya?
Orang Romawi kuno saling memberikan hadiah potongan dahan pohon suci untuk merayakan pergantian tahun. Belakangan mereka saling memberikan kacang atau koin lapis emas dengan gambar Janus, Dewa Pintu dan semua permulaan. Dengan demikian umat Islam yang merayakan tahun baru sama saja dengan ikut merayakan salah satu hari raya kaum Kristiani. Padahal Rasullah bersabda: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka orang tersebut akan digolongkan bersama yang diserupai”.
Kesimpulannya, sebagai seorang Muslim kita mempunyai tugas untuk mengangkat tinggi Syi’ar Islam, dengan mengamalkan Syari’at Islam, menghidupkan sunnah-sunnah Nabi SAW dalam kehidupan sehari-hari dan kita biasakan menyebut nama bulan dengan bulan-bulan Islam.
Semoga Allah SWT selalu membimbing kita semua. Amin

Sumber : Lembaga Pendidikan dan Pengkajian Islam Ma’had Ahbaabul Mushthofa Lil Khairaat Sulawesi Utaraoleh Ust Yasir Bachmid

Selasa, 20 November 2012

Keutamaan Bulan Muharam

Muharram adalah bulan di mana umat Islam mengawali tahun kalender Hijriah berdasarkan peredaran bulan. Muharram menjadi salah satu dari empat bulan suci yang tersebut dalam Al-Quran. "Jumlah bulan menurut Allah adalah dua belas bulan, tersebut dalam Kitab Allah
pada hari Dia menciptakan langit dan bumi. Di antara kedua belas bulan itu ada empat bulan yang disucikan."
Keempat bulan itu adalah, Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab. Semua ahli tafsir Al-Quran sepakat dengan hal ini karena Rasululullah Saw dalam haji kesempatan haji terakhirnya
mendeklarasikan, "Satu tahun terdiri dari dua belas bulan, empat di antaranya adalah bulan suci. Tiga di antaranya berurutan yaitu Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram dan ke empat adalah bulan Rajab."
Selain keempat bulan khusus itu, bukan berarti bulan-bulan lainnya tidak memiliki keutamaan, karena masih ada bulan Ramadhan yang diakui sebagai bulan paling suci dalam satu satu tahun. Keempat bulan tersebut secara khusus disebut bulan-bulan yang disucikan karena ada
alasan-alasan khusus pula, bahkan para penganut paganisme di Makkah mengakui keempat bulan tersebut disucikan.
Pada dasarnya setiap bulan adalah sama satu dengan yang lainnya dan tidak ada perbedaan dalam kesuciannya dibandingkan dengan bulan- bulan lain. Ketika Allah Swt memilih bulan khusus untuk menurunkan rahmatnya, maka Allah Swt lah yang memiliki kebesaran itu atas
kehendakNya.

Keutamaan Bulan Muharram
Nabi Muhammad Saw bersabda, "Ibadah puasa yang paling baik setelah puasa Ramadan adalah berpuasa di bulan Muharram."
Meski puasa di bulan Muharram bukan puasa wajib, tapi mereka yang berpuasa pada bulan Muharram akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah Swt. Khususnya pada tanggal 10 Muharram yang dikenal dengan hari 'Asyura.
Ibnu Abbas mengatakan, ketika Nabi Muhammad Saw hijrah dari Makkah ke Madinah, beliau menjumpai orang-orang Yahudi di Madinah biasa berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Menurut orang-orang Yahudi itu, tanggal 10 Muharram bertepatan dengan hari ketika Nabi Musa dan
pengikutnya diselamatkan dari kejaran bala tentara Firaun dengan melewati Laut Merah, sementara Firaun dan tentaranya tewas tenggelam.
Mendengar hal ini, Nabi Muhammad Saw mengatakan, "Kami lebih dekat hubungannya dengan Musa daripada kalian" dan langsung menyarankan agar umat Islam berpuasa pada hari 'Asyura. Bahkan dalam sejumlah tradisi umat Islam, pada awalnya berpuasa pada hari 'Asyura
diwajibkan. Kemudian, puasa bulan Ramadhan-lah yang diwajibkan sementara puasa pada hari 'Asyura disunahkan.
Dikisahkan bahwa Aisyah mengatakan, "Ketika Rasullullah tiba di Madinah, ia berpuasa pada hari 'Asyura dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa. Tapi ketika puasa bulan Ramadhan menjadi puasa wajib, kewajiban berpuasa itu dibatasi pada bulan Ramadhan saja dan
kewajiban puasa pada hari 'Asyura dihilangkan. Umat Islam boleh berpuasa pada hari itu jika dia mau atau boleh juga tidak berpuasa, jika ia mau." Namun, Rasulullah Saw biasa berpuasa pada hari 'Asyura bahkan setelah melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan.
Abdullah Ibn Mas'ud mengatakan, "Nabi Muhammad lebih memilih berpuasa pada hari 'Asyura dibandingkan hari lainnya dan lebih memilih berpuasa Ramadhan dibandingkan puasa 'Asyura." (HR Bukhari dan Muslim). Pendek kata, disebutkan dalam sejumlah hadist bahwa puasa di hari 'Asyura hukumnya sunnah.
Beberapa hadits menyarankan agar puasa hari 'Asyura diikuti oleh puasa satu hari sebelum atau sesudah puasa hari 'Asyura. Alasannya, seperti diungkapkan oleh Nabi Muhammad Saw, orang Yahudi hanya berpuasa pada hari 'Asyura saja dan Rasulullah ingin membedakan puasa umat Islam dengan puasa orang Yahudi. Oleh sebab itu ia menyarankan umat Islam berpuasa pada hari 'Asyura ditambah puasa satu hari sebelumnya atau satu hari sesudahnya (tanggal 9 dan 10 Muharram atau tanggal 10 dan 11 Muharram).
Selain berpuasa, umat Islam disarankan untuk banyak bersedekah dan menyediakan lebih banyak makanan untuk keluarganya pada 10 Muharram. Tradisi ini memang tidak disebutkan dalam hadist, namun ulama seperti Baihaqi dan Ibnu Hibban menyatakan bahwa hal itu boleh
dilakukan.
Legenda dan Mitos Hari 'Asyura
Meski demikian banyak legenda dari salah pengertian yang terjadi di kalangan umat Islam menyangkut hari 'Asyura, meskipun tidak ada sumber otentiknya dalam Islam. Beberapa hal yang masih menjadi keyakinan di kalangan umat Islam adalah legenda bahwa pada hari'Asyura Nabi Adam diciptakan, pada hari 'Asyura Nabi Ibrahim dilahirkan, pada hari 'Asyura Allah Swt menerima tobat Nabi Ibrahim, pada hari 'Asyura Kiamat akan terjadi dan siapa yang mandi pada
hari 'Asyura diyakini tidak akan mudah terkena penyakit. Semua legenda itu sama sekali tidak ada dasarnya dalam Islam. Begitu juga dengan keyakinan bahwa disunnahkan bagi mereka untuk menyiapkan makanan khusus untuk hari 'Asyura.
Sejumlah umat Islam mengaitkan kesucian hari 'Asyura dengan kematian cucu Nabi Muhmmad Saw, Husain saat berperang melawan tentara Suriah. Kematian Husain memang salah satu peristiwa tragis dalam sejarah Islam. Namun kesucian hari 'Asyura tidak bisa dikaitkan dengan
peristiwa ini dengan alasan yang sederhana bahwa kesucian hari 'Asyura sudah ditegakkan sejak zaman Nabi Muhammad Saw jauh sebelum kelahiran Sayidina Husain. Sebaliknya, adalah kemuliaan bagi Husain yang kematiannya dalam pertempuran itu bersamaan dengan
hari 'Asyura.
Anggapan-anggapan yang salah lainnya tentang bulan Muharram adalah kepercayaan bahwa bulan Muharram adalah bulan yang tidak membawa keberuntungan, karena Husain terbunuh pada bulan itu. Akibat adanya anggapan yang salah ini, banyak umat Islam yang tidak melaksanakan pernikahan pada bulan Muharram dan melakukan upacara khusus sebagai
tanda ikut berduka atas tewasnya Husain dalam peperangan di Karbala, apalagi disertai dengan ritual merobek-robek baju atau memukuli dada sendiri.
Nabi Muhammad sangat melarang umatnya melakukan upacara duka karena meninggalnya seseorang dengan cara seperti itu, karena tindakan itu adalah warisan orang-orang pada zaman jahiliyah.
Rasulullah bersabda, "Bukanlah termasuk umatku yang memukuli dadanya, merobek bajunya dan menangis seperti orang-orang pada zaman jahiliyah."
Bulan Pengampunan Dosa
Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam sistem kalender Islam. Kata Muharram artinya 'dilarang'. Sebelum datangnya ajaran Islam, bulan Muharram sudah dikenal sebagai bulan suci dan pada bulan ini dilarang untuk melakukan hal-hal seperti peperangan dan pertumpahan
darah.
Seperti sudah disinggung di atas, bahwa bulan Muharram banyak memiliki keistimewaan. Khususnya pada tanggal 10 Muharram. Beberapa kemuliaan tanggal 10 Muharram antara lain Allah Swt akan mengampuni dosa-dosa setahun sebelumnya dan setahun ke depan.