Gemerlap lampu dan hiasan menghiasi perumahan, pusat
perbelanjaan dan seluruh media-media massa.
Ribuan terompet dan petasan disiapkan, hiburan-hiburan disajikan, ribuan
manusia berkumpul menunggu detik-detik akhir tahun 2012. Itulah suasana yang
kita jumpai pada event tahunan malam pergantian tahun.
Sebagai seorang muslim, bagaimanakah kita menyikapi fenomena
ini?
Bolehkah kita berbaur dan ikut merayakan ceremony semacam
ini?
Agar bias memahami serta meyikapinya dengan bijak, obyektif
dan sesuai syariah islam, mari kita tela’ah masalah ini secara tuntas. Sekilas
tentang tahun masehi. Penetapan awal tahun masehi merujuk pada tahun yang
dianggap sebagai tahun kelahiran Nabi Isa As (walaupun hal ini sama sekali
tidak pernah terbukti). Selain masehi, istilah lain untuk kalender ini adalah
Christ (Inggris: Kristus), Common Era (CE) dan Anno Domini (Latin: Tahun Tuhan
Kita). Dan untuk menyebut tahun sebelum mashi biasanya digunakan istilah Before
Christ (BC), Before Common Era (BCE), atau Sebelum Masehi (SM).
Asal usul kalender masehi diambil dari kalender kuno bangsa
Romawi, awalnya orang Romawi Cuma punya sepuluh bulan yaitu: 1. Martius
(Maret), 2. Aprilis (April), 3. Maius (Mei), 4. Junius (Juni), 5. Quintilis
(Juli), 6. Sextilis (Agustus), 7. September (September), 8. October (Oktober),
9. November (Nopember), 10. December (Desember). Martius artinya Dewa Mars, Maius artinya Dewa Maya,
Junius artinya Dewa Juno. Kemudian Aprilis diambil dari kata Apreriri (cuaca
yang nyaman dimusim semi), sedangkan nama-nama Quintrilis, Sextrilis,
September, October, November, dan December adalah nama yang diberikan
berdasarkan angka urutan susunan bulan. Quintrilis berarti bulan kelima,
Sextilis bulan keenam, September bulan ketujuh, October bulan kedelapan dan
December bulan kesepuluh.
Kalender yang terdiri dari sepuluh bulan ini akhirnya
berkembang menjadi 12 bulan, dengan penambahan bulan Januari us yang diambil
dari nama dewa Janus yang memiliki dua muka, kedepan dan kebelakang, jadi mampu
melihat masa lampau dan masa depan, oleh karena itu dijadikanlah Januari sebagai
awal tahun. Ditambahkan juga Februari yang diambil dari upacara Februa, semacam
upacara bersih-bersih desa untuk menyambut musim semi. Banyak kekacauan yang
terjadi gara-gara penambahan ini. Bisa kita buktikan, bulan Quintrilis yang
artinya bulan kelima gara-gara penambahan ini menjadi bulan ketujuh, Sextilis
bulan keenam jadi kedelapan, September bulan ketujuh menjadi kesembilan dt.
Bukan hanya itu, gara-gara tidak ada aturan yang jelas, seperti aturan kabisat
dll, kalender ini banyak meleset. Sampai akhirnya di tahun 47 sm, kemlesetannya
itu mencapai tiga bulan.
Dalam kunjungannya ke Mesir pada tahun 47 SM, Julius Caesar
sempat menerima anjuran dari Sosigenes ahli perbintangan Mesir untuk
memajangkan tahun 46 SM menjadi 445 hari dengan menambah 23 hari pada bulan
Februari dan menambah 67 hari antara bulan November dan Desember. Bukan hanya
itu, Julius Caesar juga membuat aturan baru mengenai kalender Romawi, yaitu
bahwa satu tahun ada 365 hari dan setiap empat tahun sekali umur tahun bukan
365 akan tetapi 366 hari dan disebut tahun Kabisat. Setelah tahun itu perjalanan
tahun kembali cocok dengan musim, untuk menghargai jasanya maka bulan ketujuh,
Quintrilis diganti menjadi bulan Julio atau sering kita sebut dengan nama Juli.
Kemudian untuk mengenang Kaisar Agustus bulan kedelapan Sextilis diubah menjadi
Agustus. Perubahan itu diikuti dengan menambah umur bulan Agustus menjadi 31
hari, karena sebelumnya bulan Sextilis umurnya 30 hari saja, penambahan satu
hari itu diambilkan dari bulan Februari, karena itulah bulan Februari umurnya
hanya 28 hari atau 29 hari pada tahun kabisat. Kalender Julian yang sudah
kelihatan apik ini lama kelamaan kelihatan meleset juga, kalau dulu musim semi
mindur sampai 3 bulan sekaran mengalami percepatan beberapa hari. Kemelesetan
itu terjadi sebab revolusi bumi yang dikira 365.25 hari, ternyata sebenarnya
365 hari 5 jam 56 detik kurang beberapa detik, meski berbeda hanya beberapa
menit setahun akan tapi jika berjalan ratusan tahun akhirnya menjadi Nampak jelas
perbedaannya. Untuk mengatasinya, Paus Gregious XIII pimpinan Gereja Katholik
di Roma pada tahun 1582 melakukan koreksi dan membuat beberapa keputusan.
Pertama: angka tahun yang diakhiri dua nol jika tidak bias dibagi 400 maka
bukan lagi tahun kabisat. Kedu: karena
darurat tahun 1582 ada pengurangan 10 hari, pada Oktober 1582, setelah tanggal
4 Oktober langsung ke tanggal 14 Oktober. Oleh karena itu kita tidak akan
pernah menjumpai tanggal 5 – 13 Oktober 1582 dalam kalender Masehi. Ketiga: 1
Januari kembali ditetapkan sebagai tahun baru, setelah sebelumnya rahib
Katholik, Dionisius Exoguus di tahun 527 M menetapkan 25 Maret sebagai tahun
baru karena dia meyakini bahwa Nabi Isa AS (Yesus) lahir pada tanggal 25 Maret
dipermulaan musim semi. Begitulah kalender ini berjalan hingga kini.
Hukum merayakannya?
Sudah Nampak jelas, bahwa ternya 1 Januari itu merupakan
salah satu rangkaian hari raya kaum Kristiani yang ditetapkan oleh Paus
Gregious XIII di tahun 1582, nama tahunnya saja Anno Domini (Latin: Tahun Tuhan
Kita). Jika seperti itu pantaskah sebagai Muslim kita ikut merayakannya?
Orang Romawi kuno saling memberikan hadiah potongan dahan
pohon suci untuk merayakan pergantian tahun. Belakangan mereka saling memberikan
kacang atau koin lapis emas dengan gambar Janus, Dewa Pintu dan semua
permulaan. Dengan demikian umat Islam yang merayakan tahun baru sama saja
dengan ikut merayakan salah satu hari raya kaum Kristiani. Padahal Rasullah
bersabda: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka orang tersebut akan
digolongkan bersama yang diserupai”.
Kesimpulannya, sebagai seorang Muslim kita mempunyai tugas
untuk mengangkat tinggi Syi’ar Islam, dengan mengamalkan Syari’at Islam,
menghidupkan sunnah-sunnah Nabi SAW dalam kehidupan sehari-hari dan kita
biasakan menyebut nama bulan dengan bulan-bulan Islam.
Semoga Allah SWT selalu membimbing kita semua. Amin
Sumber : Lembaga Pendidikan dan Pengkajian Islam Ma’had
Ahbaabul Mushthofa Lil Khairaat Sulawesi Utaraoleh Ust Yasir Bachmid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar