Berikut para Imam dan Muhaddits,serta ulama yg
membuat riwayat maulid dan pendapat lain nya: (dr berbagai sumber)
1. Berkata Imam Al Hafidh Ibn Hajar Al Asqalaniy
rahimahullah :
Telah jelas dan kuat riwayat yg sampai padaku dari shahihain bahwa Nabi saw datang ke Madinah dan bertemu dengan Yahudi yg berpuasa hari asyura (10 Muharram), maka Rasul saw bertanya maka mereka berkata : “hari ini hari ditenggelamkannya Fir’aun
dan Allah menyelamatkan Musa, maka kami berpuasa sebagai tanda syukur pada Allah swt, maka bersabda Rasul saw : “kita lebih berhak atas Musa as dari kalian”, maka diambillah darinya perbuatan bersyukur atas anugerah yg diberikan pada suatu hari
tertentu setiap tahunnya, dan syukur kepada Allah bisa didapatkan dg pelbagai cara, seperti sujud syukur, puasa, shadaqah, membaca Alqur’an, maka nikmat apalagi yg melebihi kebangkitan Nabi ini?, telah berfirman Allah swt “SUNGGUH ALLAH TELAH
MEMBERIKAN ANUGERAH PADA ORANG ORANG MUKMININ KETIKA DIBANGKITKANNYA RASUL DARI MEREKA” (QS Al Imran 164)
Telah jelas dan kuat riwayat yg sampai padaku dari shahihain bahwa Nabi saw datang ke Madinah dan bertemu dengan Yahudi yg berpuasa hari asyura (10 Muharram), maka Rasul saw bertanya maka mereka berkata : “hari ini hari ditenggelamkannya Fir’aun
dan Allah menyelamatkan Musa, maka kami berpuasa sebagai tanda syukur pada Allah swt, maka bersabda Rasul saw : “kita lebih berhak atas Musa as dari kalian”, maka diambillah darinya perbuatan bersyukur atas anugerah yg diberikan pada suatu hari
tertentu setiap tahunnya, dan syukur kepada Allah bisa didapatkan dg pelbagai cara, seperti sujud syukur, puasa, shadaqah, membaca Alqur’an, maka nikmat apalagi yg melebihi kebangkitan Nabi ini?, telah berfirman Allah swt “SUNGGUH ALLAH TELAH
MEMBERIKAN ANUGERAH PADA ORANG ORANG MUKMININ KETIKA DIBANGKITKANNYA RASUL DARI MEREKA” (QS Al Imran 164)
2. Pendapat Imam Al Hafidh Jalaluddin Assuyuthi
rahimahullah :
Telah jelas padaku bahwa telah muncul riwayat Baihaqi bahwa Rasul saw ber akikah untuk dirinya setelah beliau saw menjadi Nabi (Ahaditsulmukhtarah hadis no.1832 dg sanad shahih dan Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 9 hal.300), dan telah diriwayatkan
bahwa telah ber Akikah untuknya kakeknya Abdulmuttalib saat usia beliau saw 7 tahun, dan akikah tak mungkin diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah beliau saw yg kedua atas dirinya adalah sebagai tanda syukur beliau saw kepada Allah swt yg telah membangkitkan beliau saw sebagai Rahmatan lil’aalamiin dan membawa Syariah utk ummatnya, maka sebaiknya bagi kita juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau saw dengan mengumpulkan teman teman dan saudara saudara, menjamu dg makanan makanan dan yg serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan kebahagiaan. bahkan Imam Assuyuthiy mengarang sebuah buku khusus mengenai perayaan maulid dengan nama : “Husnulmaqshad fii ‘amalilmaulid”.
Telah jelas padaku bahwa telah muncul riwayat Baihaqi bahwa Rasul saw ber akikah untuk dirinya setelah beliau saw menjadi Nabi (Ahaditsulmukhtarah hadis no.1832 dg sanad shahih dan Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 9 hal.300), dan telah diriwayatkan
bahwa telah ber Akikah untuknya kakeknya Abdulmuttalib saat usia beliau saw 7 tahun, dan akikah tak mungkin diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah beliau saw yg kedua atas dirinya adalah sebagai tanda syukur beliau saw kepada Allah swt yg telah membangkitkan beliau saw sebagai Rahmatan lil’aalamiin dan membawa Syariah utk ummatnya, maka sebaiknya bagi kita juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau saw dengan mengumpulkan teman teman dan saudara saudara, menjamu dg makanan makanan dan yg serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan kebahagiaan. bahkan Imam Assuyuthiy mengarang sebuah buku khusus mengenai perayaan maulid dengan nama : “Husnulmaqshad fii ‘amalilmaulid”.
3. Pendapat Imam Al hafidh Abu Syaamah
rahimahullah (Guru imam Nawawi) :
Merupakan Bid’ah hasanah yg mulia dizaman kita ini adalah perbuatan yg diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul saw dengan banyak bersedekah, dan kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal itu memuliakan Rasul saw dan membangkitkan rasa cinta pada beliau saw, dan bersyukur kepada Allah dg kelahiran Nabi saw.
Merupakan Bid’ah hasanah yg mulia dizaman kita ini adalah perbuatan yg diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul saw dengan banyak bersedekah, dan kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal itu memuliakan Rasul saw dan membangkitkan rasa cinta pada beliau saw, dan bersyukur kepada Allah dg kelahiran Nabi saw.
4. Pendapat Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin
Aljazriy rahimahullah dalam kitabnya ‘Urif bitta’rif Maulidissyariif :
Telah diriwayatkan Abu Lahab diperlihatkan dalam mimpi dan ditanya apa keadaanmu?, ia menjawab : “di neraka, tapi aku mendapat keringanan setiap malam senin, itu semua sebab aku membebaskan budakku Tsuwaibah demi kegembiraanku atas kelahiran
Nabi (saw) dan karena Tsuwaibah menyusuinya (saw)” (shahih Bukhari). maka apabila Abu Lahab Kafir yg Alqur’an turun mengatakannya di neraka mendapat keringanan sebab ia gembira dengan kelahiran Nabi saw, maka bagaimana dg muslim ummat Muhammad saw yg gembira atas kelahiran Nabi saw?, maka demi usiaku, sungguh balasan dari Tuhan Yang Maha Pemurah sungguh sungguh ia akan dimasukkan ke sorga kenikmatan Nya dengan sebab anugerah Nya.
Telah diriwayatkan Abu Lahab diperlihatkan dalam mimpi dan ditanya apa keadaanmu?, ia menjawab : “di neraka, tapi aku mendapat keringanan setiap malam senin, itu semua sebab aku membebaskan budakku Tsuwaibah demi kegembiraanku atas kelahiran
Nabi (saw) dan karena Tsuwaibah menyusuinya (saw)” (shahih Bukhari). maka apabila Abu Lahab Kafir yg Alqur’an turun mengatakannya di neraka mendapat keringanan sebab ia gembira dengan kelahiran Nabi saw, maka bagaimana dg muslim ummat Muhammad saw yg gembira atas kelahiran Nabi saw?, maka demi usiaku, sungguh balasan dari Tuhan Yang Maha Pemurah sungguh sungguh ia akan dimasukkan ke sorga kenikmatan Nya dengan sebab anugerah Nya.
5. Pendapat Imam Al Hafidh Syamsuddin bin
Nashiruddin Addimasyqiy dalam kitabnya Mauridusshaadiy fii maulidil Haadiy :
Serupa dg ucapan Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljuzri, yaitu menukil hadits Abu Lahab
Serupa dg ucapan Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljuzri, yaitu menukil hadits Abu Lahab
6. Pendapat Imam Al Hafidh Assakhawiy dalam kitab
Sirah Al Halabiyah
berkata ”tidak dilaksanakan maulid oleh salaf hingga abad ke tiga, tapi dilaksanakan setelahnya, dan tetap melaksanakannya umat islam di seluruh pelosok dunia dan bersedekah pd malamnya dg berbagai macam sedekah dan memperhatikan pembacaan maulid, dan berlimpah terhadap mereka keberkahan yg sangat besar”.
berkata ”tidak dilaksanakan maulid oleh salaf hingga abad ke tiga, tapi dilaksanakan setelahnya, dan tetap melaksanakannya umat islam di seluruh pelosok dunia dan bersedekah pd malamnya dg berbagai macam sedekah dan memperhatikan pembacaan maulid, dan berlimpah terhadap mereka keberkahan yg sangat besar”.
7. Imam Al hafidh Ibn Abidin rahimahullah dalam
syarahnya maulid ibn hajar berkata : ”ketahuilah salah satu bid’ah hasanah
adalah pelaksanaan maulid di bulan kelahiran nabi saw”
8. Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahullah
dengan karangan maulidnya yg terkenal ”al aruus” juga beliau berkata tentang pembacaan maulid, ”Sesungguhnya membawa keselamatan tahun itu, dan berita gembira dg tercapai semua maksud dan keinginan bagi siapa yg membacanya serta merayakannya”.
dengan karangan maulidnya yg terkenal ”al aruus” juga beliau berkata tentang pembacaan maulid, ”Sesungguhnya membawa keselamatan tahun itu, dan berita gembira dg tercapai semua maksud dan keinginan bagi siapa yg membacanya serta merayakannya”.
9. Imam Al Hafidh Al Qasthalaniy rahimahullah
dalam kitabnya Al Mawahibulladunniyyah juz 1 hal 148 cetakan al maktab al islami berkata: ”Maka Allah akan menurukan rahmat Nya kpd orang yg menjadikan hari kelahiran Nabi saw sebagai hari besar”.
dalam kitabnya Al Mawahibulladunniyyah juz 1 hal 148 cetakan al maktab al islami berkata: ”Maka Allah akan menurukan rahmat Nya kpd orang yg menjadikan hari kelahiran Nabi saw sebagai hari besar”.
10. Imam Al hafidh Al Muhaddis Abulkhattab Umar
bin Ali bin Muhammad yg terkenal dg Ibn Dihyah alkalbi dg karangan maulidnya yg
bernama ”Attanwir fi maulid basyir an nadzir”
11. Imam Al Hafidh Al Muhaddits Syamsuddin
Muhammad bin Abdullah Aljuzri
dg maulidnya ”urfu at ta’rif bi maulid assyarif”
dg maulidnya ”urfu at ta’rif bi maulid assyarif”
12. Imam al Hafidh Ibn Katsir
yg karangan kitab maulidnya dikenal dg nama : ”maulid ibn katsir”
yg karangan kitab maulidnya dikenal dg nama : ”maulid ibn katsir”
13. Imam Al Hafidh Al ’Iraqy
dg maulidnya ”maurid al hana fi maulid assana”
dg maulidnya ”maurid al hana fi maulid assana”
14. Imam Al Hafidh Nasruddin Addimasyqiy
telah mengarang beberapa maulid : Jaami’ al astar fi maulid nabi al mukhtar 3 jilid, Al lafad arra’iq fi maulid khair al khalaiq, Maurud asshadi fi maulid al hadi.
telah mengarang beberapa maulid : Jaami’ al astar fi maulid nabi al mukhtar 3 jilid, Al lafad arra’iq fi maulid khair al khalaiq, Maurud asshadi fi maulid al hadi.
15. Imam assyakhawiy
dg maulidnya al fajr al ulwi fi maulid an nabawi
dg maulidnya al fajr al ulwi fi maulid an nabawi
16. Al allamah al faqih Ali zainal Abidin As
syamhudi
dg maulidnya al mawarid al haniah fi maulid khairil bariyyah
dg maulidnya al mawarid al haniah fi maulid khairil bariyyah
17. Al Imam Hafidz Wajihuddin Abdurrahman bin Ali
bin Muhammad As syaibaniy yg terkenal dg ibn diba’dg maulidnya addiba’i
18. Imam ibn hajar al haitsami
dg maulidnya itmam anni’mah alal alam bi maulid syayidi waladu adam
dg maulidnya itmam anni’mah alal alam bi maulid syayidi waladu adam
19. Imam Ibrahim Baajuri
mengarang hasiah atas maulid ibn hajar dg nama tuhfa al basyar ala maulid ibn hajar
mengarang hasiah atas maulid ibn hajar dg nama tuhfa al basyar ala maulid ibn hajar
20. Al Allamah Ali Al Qari’
dg maulidnya maurud arrowi fi maulid nabawi
dg maulidnya maurud arrowi fi maulid nabawi
21. Al Allamah al Muhaddits Ja’far bin Hasan Al
barzanji
dg maulidnya yg terkenal maulid barzanji
dg maulidnya yg terkenal maulid barzanji
23. Al Imam Al Muhaddis Muhammad bin Jakfar al
Kattani
dg maulid Al yaman wal is’ad bi maulid khair al ibad
dg maulid Al yaman wal is’ad bi maulid khair al ibad
24. Al Allamah Syeikh Yusuf bin ismail An
Nabhaniy
dg maulid jawahir an nadmu al badi’ fi maulid as syafi’
dg maulid jawahir an nadmu al badi’ fi maulid as syafi’
25. Imam Ibrahim Assyaibaniy
dg maulid al maulid mustofa adnaani
dg maulid al maulid mustofa adnaani
26. Imam Abdulghaniy Annanablisiy
dg maulid Al Alam Al Ahmadi fi maulid muhammadi”
dg maulid Al Alam Al Ahmadi fi maulid muhammadi”
27. Syihabuddin Al Halwani
dg maulid fath al latif fi syarah maulid assyarif
dg maulid fath al latif fi syarah maulid assyarif
28. Imam Ahmad bin Muhammad Addimyati
dg maulid Al Kaukab al azhar alal ‘iqdu al jauhar fi maulid nadi al azhar
dg maulid Al Kaukab al azhar alal ‘iqdu al jauhar fi maulid nadi al azhar
29. Asyeikh Ali Attanthowiy
dg maulid nur as shofa’ fi maulid al mustofa
dg maulid nur as shofa’ fi maulid al mustofa
30. As syeikh Muhammad Al maghribi
dg maulid at tajaliat al khifiah fi maulid khoir al bariah
dg maulid at tajaliat al khifiah fi maulid khoir al bariah
31.Imam Rabi’ At-Thufi Ash-Shurshuri nama
kitabnya Maulid Ash-Shurshuriy, ia menulis kitab ini sekitar tahun 700 H
32.Imam Al-Hafidz Abul-Hasan ‘Ali Al-Mas’udiy
?wafat tahun 346 H? kitab maulidnya terkenal dengan nama Kitab Maulid
Al-Mas’udi.
33.Imam Ash-Shalih As-Sayyid Al-Bakri dikenal
dengan kitabnya Kitab Maulid Al-Bakri
34.Imam Mar’i bin Yusuf Al-Maqdisi ?wafat tahun
1033 H? nama kitab maulidnya Kitab Maulid Al-Maqdisi Al-Hanbali
35.kitab Attanwir fi maulid basyir an nadzir oleh
Imam Al-Hafidh al-Muhaddits Abulkhattab Umar bin Ali bin Muhamad yang terkenal
dengan nama Ibn Dihyah alkalbi
36.Imam Al-Hafidh al-Muhaddits Syamsuddin Muhamad
bin Abdullah aljuzri
dgn kitab urfu at ta’rif bi maulid assyarif
dgn kitab urfu at ta’rif bi maulid assyarif
37.Syeikh Ma’ruf Al Karkhi berkata :
“Barang siapa mempersiapkan makanan, mengumpulkan
teman teman, menyalakan lampu, mengenakan pakaian baru , memakan parfum dan
menghias dirinya untuk membaca dan mengagungkan mauled rasul, maka kelak di
hari kiamat Allah akan mengumpulkan bersama para Nabi, orang orang yang berada
dalam barisan pertama. Dia kan ditempatkan di Illiyyin yang tertinggi.
(Abu Bakar Bin Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, Ianathuth Thalibin Darul Fikr, juz3, hal 255)
(Abu Bakar Bin Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, Ianathuth Thalibin Darul Fikr, juz3, hal 255)
38.Syeikh Sirri As-Saqthi berkata :
“Barangsiapa yang mendatangi tempat pembacaan riwayat Maulid Nabi Muhammad SAW, maka dia diberi sebidang taman disurga, karena sesungguhnya tidak ada orang yang berjalan mendatangi tempat tersebut, kecuali orang-orang itu mencintai Nabi Muhammad SAW. dan Nabi Muhammad SAW telah bersabda: ” Barang siapa yang mencintaiku, maka dia akan bersamaku di syurga.”
[Syeikh Muhammad Nawawi Al-Jawi Al-Bantani, Madaarijus-su'uud , hal 15-16]
“Barangsiapa yang mendatangi tempat pembacaan riwayat Maulid Nabi Muhammad SAW, maka dia diberi sebidang taman disurga, karena sesungguhnya tidak ada orang yang berjalan mendatangi tempat tersebut, kecuali orang-orang itu mencintai Nabi Muhammad SAW. dan Nabi Muhammad SAW telah bersabda: ” Barang siapa yang mencintaiku, maka dia akan bersamaku di syurga.”
[Syeikh Muhammad Nawawi Al-Jawi Al-Bantani, Madaarijus-su'uud , hal 15-16]
39.Imam Jalaluddin as-Suyuthi (849 H – 911 H)
menjawab bahwa perayaan Maulid Nabi SAW boleh dilakukan. Sebagaimana dituturkan dalam Al-Hawi lil Fatawi:”Ada sebuah pertanyaan tentang perayaan Maulid Nabi SAW pada bulan Rabiul Awwal, bagaimana hukumnya menurut syara’. Apakah terpuji ataukah tercela? Dan apakah orang yang melakukannya diberi pahala ataukah tidak? Beliau menjawab: Menurut saya bahwa asal perayaan Maulid Nabi SAW, yaitu manusia berkumpul, membaca Al-Qur’an dan kisah-kisah teladan Nabi SAW sejak kelahirannya
sampai perjalanan kehidupannya. Kemudian menghidangkan makanan yang dinikmnti bersama, setelah itu mereka pulang. Hanya itu yang dilakukan, tidak lebih.
Semua itu termasuk bid’ah al-hasanah. Orang yang melakukannya diberi pahala karena mengagungkan derajat Nabi SAW, menampakkan suka dta dan kegembiraan atas kelahiran Nnbi Muhammad SAW yang mulia”. (Al-Hawi lil Fatawi, juz I, hal 251-252)
menjawab bahwa perayaan Maulid Nabi SAW boleh dilakukan. Sebagaimana dituturkan dalam Al-Hawi lil Fatawi:”Ada sebuah pertanyaan tentang perayaan Maulid Nabi SAW pada bulan Rabiul Awwal, bagaimana hukumnya menurut syara’. Apakah terpuji ataukah tercela? Dan apakah orang yang melakukannya diberi pahala ataukah tidak? Beliau menjawab: Menurut saya bahwa asal perayaan Maulid Nabi SAW, yaitu manusia berkumpul, membaca Al-Qur’an dan kisah-kisah teladan Nabi SAW sejak kelahirannya
sampai perjalanan kehidupannya. Kemudian menghidangkan makanan yang dinikmnti bersama, setelah itu mereka pulang. Hanya itu yang dilakukan, tidak lebih.
Semua itu termasuk bid’ah al-hasanah. Orang yang melakukannya diberi pahala karena mengagungkan derajat Nabi SAW, menampakkan suka dta dan kegembiraan atas kelahiran Nnbi Muhammad SAW yang mulia”. (Al-Hawi lil Fatawi, juz I, hal 251-252)
40.Syech Ibnu Taymiah:
“Orang-orang yang melaksanakan perayaan Maulid Nabi SAWakan diberi pahala. Begitulah yang dilakukan oleh sebagian orang. Hal mana juga di temukan di kalangan Nasrani yang memperingati kelahiran Isa AS. Dalam Islam juga dilakukan oleh kaum muslimin sebagai rasa cinta dan penghormatan kepada Nabi SAW. Dan Allah SWT akan memberi pahala kepada mereka atas kecintaan mereka kepada Nabi mereka, bukan dosa atas bid’ah yang mereka lakukan”.
(Manhaj as-Salaf li Fahmin Nushush Bainan Nazhariyyah wat Tathbiq, 399)
“Orang-orang yang melaksanakan perayaan Maulid Nabi SAWakan diberi pahala. Begitulah yang dilakukan oleh sebagian orang. Hal mana juga di temukan di kalangan Nasrani yang memperingati kelahiran Isa AS. Dalam Islam juga dilakukan oleh kaum muslimin sebagai rasa cinta dan penghormatan kepada Nabi SAW. Dan Allah SWT akan memberi pahala kepada mereka atas kecintaan mereka kepada Nabi mereka, bukan dosa atas bid’ah yang mereka lakukan”.
(Manhaj as-Salaf li Fahmin Nushush Bainan Nazhariyyah wat Tathbiq, 399)
41.Imam al-Syawkânî dalam al-Badr al-Thâli‘.
mengatakan,“Dibolehkan merayakan hari kelahiran Nabi saw.”. Beliau pun
mengatakan bahwa Mulah ‘Alî al-Qârî memiliki pandangan yang sama dalam
kitabnya, al-Mawrid al-Râwî fî al-Mawlid al-Nabawî, yang ditulis secara khusus
untuk mendukung perayaan hari kelahiran Nabi saw..
Imam al-Syakhawî mengatakan, “Peringatan hari
kelahiran Nabi saw. dimulai pada tiga abad setelah Nabi saw. wafat. Seluruh
muslimin merayakannya dan seluruh ulama membolehkannya, dengan cara beribadah
kepada Allah swt, bersedekah, dan membaca riwayat hidup Nabi saw.”.
42.Al-Hafidh Ibn Hajar al-Haytsamî mengatakan,
“Sebagai mana orang-orang Yahudi merayakan Hari Asyura dengan berpuasa untuk
bersyukur kepada Allah swt, kita pun mesti merayakan maulid”. Beliau pun
mengutip hadits yang telah disebutkan di depan, “Tatkala Nabi saw. tiba di
Madinah …” Ibn Hajar kemudian melanjutkan: (Selayak nya) orang bersyukur kepada
Allah swt atas rahmat yang telah Dia berikan pada suatu hari tertentu, baik
berupa kebaikan yang besar ataupun keterhindaran dari bencana. Hari tersebut
dirayakan setiap tahun setelah peristiwa itu. Ungkapan syukur terlahir dalam
berbagai bentuk peribadatan seperti sujud syukur, puasa, sedekah, dan membaca
Alquran. Lantas, kebaikan apa lagi yang lebih besar dari kedatangan Nabi saw.,
seorang Nabi penyebar rahmat, pada hari maulid?
43.Dalam kitab Kasyfudz-Dzunun dikemukakan bahwa
orang pertama yang menulis kitab Maghazi (Manakib atau perilaku kehidupan Nabi
Muhammad saw.) ialah Muhammad bin Ishaq ?terkenal dengan nama Ibnu Ishaq? wafat
pada tahun 151 H (pada zaman tabi’in). Dengan indah dan cemerlang ia
menguraikan riwayat maulid Nabi serta menjelaskan berbagai manfaat yang dapat
dipetik dari bentuk-bentuk peringatan, seperti walimah, shadaqah dan
kebajikan-kebajikan lainnya yang semuanya bersifat ibadah.
44.Adapun orang pertama yang menulis kitab maulid
Nabi dan kemudian dibaca didepan umum dalam pertemuan-pertemuan yang diadakan
oleh para penguasa daulat ‘Abassiyah, adalah Imam Al-Hafidz Hujjatul Islam
Al-Qadhi ‘Askar Amirul Mu’minin Muhammad
Al-Mahdi Al-‘Abbasi wafat tahun 207 H . Imam ini adalah orang pertama yang menghimpun hadits-hadits para sahabat Nabi saw. mengenai kebajikan dan pahala membaca riwayat maulid Nabi saw..
Al-Mahdi Al-‘Abbasi wafat tahun 207 H . Imam ini adalah orang pertama yang menghimpun hadits-hadits para sahabat Nabi saw. mengenai kebajikan dan pahala membaca riwayat maulid Nabi saw..
45.Allamah Nuruddin ‘Ali dalam kitabnya yang
berjudul Wafa-ul-Wafa bi Akhbari Daril-Mushtofa mengatakan bahwa Siti
Khaizuran, bunda Musa Amirul Mu’minin, pada tahun 170 H sengaja datang ke
Madinah, lalu menyuruh penduduk menyelenggarakan peringatan maulid Nabi saw. di
dalam masjid Nabawi
46.Imam Al-Jauzi (Al-Hafidz Jamaluddin
‘Abdurrahman Al-Jauzi) ?seorang imam madzhab Hanbali wafat tahun 567 H?
mengatakan;
“Manfaat istimewa yang terkandung dalam peringatan maulid Nabi saw. ialah timbulnya perasaan tenteram disamping kegembiraan yang mengantarkan ummat Islam kepada tujuan luhur. Dijelaskan pula olehnya bahwa orang-orang pada masa Daulat ‘Abbasiyah dahulu memperingati hari maulid Nabi saw. dengan berbuat kebajikan menurut kemampuan masing-masing, seperti mengeluarkan shadaqah, infak dan lain-lain. Selain hari maulid, mereka juga memperingati hari-hari bersejarah lainnya, misalnya hari keberadaan Nabi saw. di dalam goa Hira sewaktu perjalanan hijrah ke Madinah. Penduduk Baqdad memperingati dua hari bersejarah itu dengan riang gembira, berpakaian serba bagus dan banyak berinfak.
“Manfaat istimewa yang terkandung dalam peringatan maulid Nabi saw. ialah timbulnya perasaan tenteram disamping kegembiraan yang mengantarkan ummat Islam kepada tujuan luhur. Dijelaskan pula olehnya bahwa orang-orang pada masa Daulat ‘Abbasiyah dahulu memperingati hari maulid Nabi saw. dengan berbuat kebajikan menurut kemampuan masing-masing, seperti mengeluarkan shadaqah, infak dan lain-lain. Selain hari maulid, mereka juga memperingati hari-hari bersejarah lainnya, misalnya hari keberadaan Nabi saw. di dalam goa Hira sewaktu perjalanan hijrah ke Madinah. Penduduk Baqdad memperingati dua hari bersejarah itu dengan riang gembira, berpakaian serba bagus dan banyak berinfak.
47.Imam Nawawi (Al-Hafidz Muhyiddin bin Syarat
An-Nawawi) yang wafat dalam tahun 676 H bahkan mensunnahkan peringatan maulid
Nabi saw.. Fatwa Imam Nawawi tersebut diperkuat oleh Imam Al-Asqalani
(Al-Hafidz Abul-Fadhl Al-Imam bin Hajar Al-‘Asqalani) yang wafat dalam tahun
852 H. Dengan berdasarkan dalil-dalil yang meyakinkan, Imam Al-‘Asqalani
memastikan bahwa memperingati hari maulid Nabi saw. dan mengagungkan kemuliaan
beliau merupakan amalan yang mendatangkan pahala.
48.Imam Taqiyyuddin ‘Ali bin ‘Abdul-Kafi As-Sabki
? wafat tahun 756 H? menulis kitab khusus tentang kemuliaan dan kebesaran Nabi
Muhammad saw. Bahkan ia menfatwakan, barangsiapa menghadiri pertemuan untuk mendengarkan
riwayat maulid Nabi Muhammad saw. serta keagungan maknanya ia memperoleh
barokah dan ganjaran pahala.
49. Imam Syihabuddin Ahmad bin Muhammad bin ‘Ali
bin Hajar Al-Haitsami As-Sa’di Al-Anshari Asy-Syafi’i ?wafat tahun 973 H?
menulis kitab khusus mengenai kemuliaan Nabi saw.. Ia memandang hari Maulid
Nabi saw. sebagai hari raya besar yang penuh
barokah dan kebajikan.
barokah dan kebajikan.
50.Imam ‘Abdur-Rabi’ Sulaiman At-Thufi
As-Shurshuri Al-Hanbali ?terkenal dengan nama Ibnul-Buqiy? wafat tahun 716 H.
Ia menulis sajak dan sya’ir-sya’ir bertema pujian memuliakan keagungan Nabi
Muhammad saw., ke agungan yang tidak ada pada
manusia lain mana pun juga. Tiap hari maulid Nabi para pemimpin Muslim berkumpul dirumahnya. Ia lalu minta salah seorang dari hadirin supaya mendendangkan sya’ir-sya’ir Al-Buqiy itu.
manusia lain mana pun juga. Tiap hari maulid Nabi para pemimpin Muslim berkumpul dirumahnya. Ia lalu minta salah seorang dari hadirin supaya mendendangkan sya’ir-sya’ir Al-Buqiy itu.
51.Dalam kitab Insanul-‘Uyun Fi Siratil-Amin
Al-Ma’mum bab 1, Imam ‘Ali bin Burhanuddin Al-Halabi mengatakan: “Kebiasaan
berdiri pada saat orang mendengar pembaca riwayat maulid menyebut detik-detik
kelahiran Nabi saw., memang merupakan bid’ah hasanah/baik, bid’ah
mahmudah/terpuji, sama sekali bukan bid’ah dholalah atau bid’ah
madzmumah/tercela atau munkarah (bid’ah buruk yang tercela). Khalifah Umar
Ibnul Khattab ra. sendiri menamakan shalat tarawih berjama’ah sebagai bid’ah
hasanah. Dengan demikian maka orang yang berdiri ?sebagai tanda penghormatan?
pada saat mendengar detik-detik kelahiran Nabi saw. disebut, apalagi jika
peringatan maulid itu dibarengi dengan kegiatan infak dan shadaqah, semua nya
itu jelas merupakan kegiatan terpuji.
52. As-Sayyid Muhammad Shalih As-Sahruwardi judul
kitabnya Tuhfatul-Abrar fi Tarikh Masyru’iyyatil-hafl Bi Yaumi Maulid
An-nabiyyil-Mukhtar. Dalam kitabnya ini dia mengemukakan dalil-dalil meyakinkan
tentang keabsahan peringatan maulid Nabi Muhamad saw. sebagai ibadah sunnah
yang ditekankan (sunnah mu’akkadah), agar kaum muslimin melaksanakannya dengan
baik.
53. Al-államah Sayyid Ali bin Muhammad Alhabsyi
nama kitab maulidnya Simtud Durar.
54.Al-államah Al Habib Umar bin hafidh dgn maulid
nya addhiya’ulami
Dan masih banyak lagi nama-nama para
imam,muhaddist dan ulama yang menulis kitab-kitab mengenai maulidin Nabi saw
dan pendapatnya,yang tidak dicantum disini…
wassalam….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar